tag:blogger.com,1999:blog-46027055661825042262024-02-19T05:51:44.254-08:00EKS STIKES RANAH MINANG PADANGArie Syahrini Amd.KepArie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.comBlogger22125tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-20150414361817448862008-07-30T22:13:00.000-07:002008-08-01T08:06:54.898-07:00KANKER USUS BESAR / KOLON<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2z_K_9JeR9ntPtdboUOLwYz3J-nOTKnDgNDkxw6LebpPOkfBsG5g78AczGHqG8CH3xnslIl6KiqCR_s4g1-YP8Z3jaTe9iRKH_4vCPW8l82uLGBTqzqhuGTDGmMZcpF36zLJw25mWj_U/s1600-h/KU"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 179px; height: 156px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2z_K_9JeR9ntPtdboUOLwYz3J-nOTKnDgNDkxw6LebpPOkfBsG5g78AczGHqG8CH3xnslIl6KiqCR_s4g1-YP8Z3jaTe9iRKH_4vCPW8l82uLGBTqzqhuGTDGmMZcpF36zLJw25mWj_U/s400/KU" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229043846214231442" border="0" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvEldPHBUnb2BfMe8X2zGQum0NjqJZsy01Ol0VtSBtU1kDP3oBL1GPPcKGZoCq4MLA71YHA0sRYNoBNm4M8YFevOayOF3xoi4HDOUH96ChD1iqbB0-RacCEaQlnxnSSake-BGpfnaK08o/s1600-h/KUU"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 175px; height: 156px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvEldPHBUnb2BfMe8X2zGQum0NjqJZsy01Ol0VtSBtU1kDP3oBL1GPPcKGZoCq4MLA71YHA0sRYNoBNm4M8YFevOayOF3xoi4HDOUH96ChD1iqbB0-RacCEaQlnxnSSake-BGpfnaK08o/s400/KUU" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229043845240766322" border="0" /></a><br />Pengertian Kanker Kolon dan Rektum<br />Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sebagaimana kita ketahui sistem pencernaan dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum, ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah rektum yang merupakan saluran diatas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid.Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal.<br /><br />Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik.<br /><br />Penyebap dan Faktor Resiko<br />Hingga saat ini tidak diketahui dengan pasti apa penyebab kanker kolorektal. Tidak dapat diterangkan, mengapa pada seseorang terkena kanker ini sedangkan yang lain tidak. Namun yang pasti adalah bahwa penyakit kanker kolorektal bukanlah penyakit menular. Terdapat beberapa faktor resiko yang menyebabkan seseorang akan rentan terkena kanker kolorektal yaitu:<br />* Usia, umumnya kanker kolorektal menyerang lebih sering pada usia tua. Lebih dari 90 persen penyakit ini menimpa penderita diatas usia 50 tahun. Walaupun pada usia yang lebih muda dari 50 tahunpun dapat saja terkena. Sekitar 3 % kanker ini menyerang penderita pada usia dibawah 40 tahun.<br />* Polyp kolorektal, adalah pertumbuhan tumor pada dinding sebelah dalam usus besar dan rektum. Sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Kebanyakan polyp ini adalah tumor jinak, tetapi sebagian dapat berubah menjadi kanker. Menemukan dan mengangkat polyp ini dapat menurunkan resiko terjadinya kanker kolorektal.<br />* Riwayat kanker kolorektal pada keluarga, bila keluarga dekat yang terkena (orangtua, kakak, adik atau anak), maka resiko untuk terkena kanker ini menjadi lebih besar, terutama bila keluarga yang terkena tersebut terserang kanker ini pada usia muda.Kelainan genetik, perubahan pada gen tertentu akan meningkatkan resiko terkena kanker kolorektal. Bentuk yang paling sering dari kelainan gen yang dapat menyebabkan kanker ini adalah hereditary nonpolyposis colon cancer (HNPCC), yang disebabkan adanya perubahan pada gen HNPCC. Sekitar tiga dari empat penderita cacat gen HNPCC akan terkena kanker kolorektal, dimana usia yang tersering saat terdiagnosis adalah diatas usia 44 tahun.<br />* Pernah menderita penyakit sejenis, dapat terserang kembali dengan penyakit yang sama untuk kedua kalinya. Demikian pula wanita yang memiliki riwayat kanker indung telur, kanker rahim, kanker payudara memiliki resiko yang tinggi untuk terkena kanker ini.<br />* Radang usus besar, berupa colitis ulceratif atau penyakit Crohn yang menyebabkan inflamasi atau peradangan pada usus untuk jangka waktu lama, akan meningkatkan resiko terserang kanker kolorektal.* Diet, makanan tinggi lemak (khususnya lemak hewan) dan rendah kalsium, folat dan rendah serat, jarang makan sayuran dan buah-buahan, sering minum alkohol, akan meningkatkan resiko terkena kanker kolorektal.* Merokok, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker ini.<br /><br />Deteksi Dini<br />Deteksi dini berupa skrining untuk mengetahui kanker kolorektal sebelum timbul gejala dapat membantu dokter menemukan polyp dan kanker pada stadium dini. Bila polyp ditemukan dan segera diangkat, maka akan dapat mencegah terjadinya kanker kolorektal. Begitu juga pengobatan pada kanker kolorektal akan lebih efektif bila dilakukan pada stadium dini. Untuk menemukan polyp atau kanker kolorektal dianjurkan melakukan deteksi dini atau skrining pada orang diatas usia 50 tahun, atau dibawah usia 50 tahun namun memiliki faktor resiko yang tinggi untuk terkena kanker kolorektal seperti yang sudah disebutkan diatas. Tes skrining yang diperlukan adalah<br />* Fecal occult blood test (FOBT), kanker maupun polyp dapat menyebabkan pendarahan dan FOBT dapat mendeteksi adanya darah pada tinja. FOBT ini adalah tes untuk memeriksa tinja. Bila tes ini mendeteksi adanya darah, harus dicari darimana sumber darah tersebut, apakah dari rektum, kolon atau bagian usus lainnya dengan pemeriksaan yang lain. Penyakit wasir juga dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja.<br />* Sigmoidoscopy, adalah suatu pemeriksaan dengan suatu alat berupa kabel seperti kabel kopling yang diujungnya ada alat petunjuk yang ada cahaya dan bisa diteropong. Alatnya disebut sigmoidoscope, sedangkan pemeriksaannya disebut sigmoidoscopy. Alat ini dimasukkan melalui lubang dubur kedalam rektum sampai kolon sigmoid, sehingga dinding dalam rektum dan kolon sigmoid dapat dilihat.Bila ditemukan adanya polyp, dapat sekalian diangkat. Bila ada masa tumor yang dicurigai kanker, dilakukan biopsi, kemudian diperiksakan ke bagian patologi anatomi untuk menentukan ganas tidaknya dan jenis keganasannya.<br />* Colonoscopy, sama seperti sigmoidoscopy, namun menggunakan kabel yang lebih panjang, sehingga seluruh rektum dan usus besar dapat diteropong dan diperiksa. Alat yang digunakan adalah colonoscope.<br />* Double-contrast barium enema, adalah pemeriksaan radiologi dengan sinar rontgen (sinar X ) pada kolon dan rektum. Penderita diberikan enema dengan larutan barium dan udara yang dipompakan ke dalam rektum. Kemudian difoto. Seluruh lapisan dinding dalam kolon dapat dilihat apakah normal atau ada kelainan.<br />* Colok dubur, adalah pemeriksaan yang sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh semua dokter, yaitu dengan memasukkan jari yang sudah dilapisi sarung tangan dan zat lubrikasi kedalam dubur kemudian memeriksa bagian dalam rektum . Merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan. Bila ada tumor di rektum akan teraba dan diketahui dengan pemeriksaan ini.Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-20834387710983867512008-07-30T22:01:00.000-07:002008-08-01T08:11:03.355-07:00KANKER KANDUNG KEMIH / BLADDER<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxLkUwKKi79zG04zRC9TH1Y9Rc_N9rfPeKsnua3Dpj9GSmMi7abmBO30Gdh5Bgv9a-cvoslawM-es50qB-Ht_8d024a9SG-pYlPijZeKlU38Ddi5Pv4CikIY8vgnN-6S_U3bubFxZsRH8/s1600-h/KAK"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 170px; height: 176px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxLkUwKKi79zG04zRC9TH1Y9Rc_N9rfPeKsnua3Dpj9GSmMi7abmBO30Gdh5Bgv9a-cvoslawM-es50qB-Ht_8d024a9SG-pYlPijZeKlU38Ddi5Pv4CikIY8vgnN-6S_U3bubFxZsRH8/s400/KAK" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229039680100314802" border="0" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi22Loik4QQIgV4vZq-HuLkKX4Ce6QH1MGJBvfQmwHHZkbWtAP1BsozM_GAger5srCbfHrdYRT8utByWx4cFc7zXgU6o2BgAj9sEItGQjUUHQtF-MMpZF7HmL_fmRyqEe0d2EBIZt1Qg8g/s1600-h/KAKK"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 168px; height: 163px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi22Loik4QQIgV4vZq-HuLkKX4Ce6QH1MGJBvfQmwHHZkbWtAP1BsozM_GAger5srCbfHrdYRT8utByWx4cFc7zXgU6o2BgAj9sEItGQjUUHQtF-MMpZF7HmL_fmRyqEe0d2EBIZt1Qg8g/s400/KAKK" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229039681530721730" border="0" /></a><br />I. Pengertian<br />Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih. Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.<br />Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma haematobium dan merokok.<br />Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke carcinoma maligna yang invasif. Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium transisi. Neoplasma bermula seperti papiloma, karena itu setiap papiloma dari kandung kemih dianggap pramalignansi dan diangkat bila diketahui. Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih buruk. Neoplasma yang lain adalah adenocarcinoma.<br />Kanker kandung kemih dibagi tingkatannya berdasarkan kedalaman tingkat invasifnya yaitu: tingkat O Mukosa, tingkat A Sub Mukosa, Tingkat B Otot, Tingkat C Lemak Perivisial, Tingkat D Kelenjar Limfe.<br /><br />II. Fokus Pengkajian<br />Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri adalah gejala pertamanya pada kebiasaan tumor kandung kemih. Biasanya intermitten dan biasanya individu gagal untuk minta pertolongan. Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri terjadi juga pada penyakit saluran kemih yang non malignant dan kanker ginjal karena itu tiap terjadi hematuri harus diteliti. Cystitis merupakan gejala dari tumor kandung kemih, karena tumor merupakan benda asing di dalam kandung kemih.<br />Pemeriksaan cytologi urine dapat memperkenalkan sel-sel maligna sebelum lesi dapat divisualisasikan dengan cystoscopy yang disertai biopsi. Penentuan klinis mengenai tingkatan invasif dari tumor penting dalam menentukan regimen terapi dan dalam pembuatan prakiraan prognose. Tiap orang yang pernah menjalani pengangkatan papilomma harus menjalani pemeriksaan cystoscopy tiap tiga bulan untuk selama dua tahun dan kemudian intervalnya sedikit dijarangkan bila tidak ada tanda-tanda lesi yang baru. Keperluan pemeriksaan yang sering harus dijelaskan oleh ahli urologi dan harus diperkuat oleh perawat.<br />Tumor-tumor kecil yang sedikit menjangkiti lapisan jaringan dapat ditolong dengan sempurna dengan fulgurisasi transuretra atau dieksisi. Foley kateter biasanya dipasang setelah pembedahan. Air kemih berwarna kemerahan tetapi tidak terjadi perdarahan gross. Rasa panas saat berkemih dapat diatasi dengan minum yang banyak dan buli-buli hangat pada daerah kandung kemih atau berendam air hangat. Klien boleh pulang beberapa hari kemudian setelah bedah. Bila tumor tumbuh pada kubah kandung kemih harus dilaksanakan reseksi segmental dari kandung kemih. Sistektomi atau pengangkatan seluruh kandung kemih harus dilaksanakan bila penyakit sudah benart-benar ganas.<br />Radiasi kobalt eksternal terhadap tumor yang invasif sering dilakukan sebelum bedah untuk memperlambat pertumbuhan. Radiasi supervoltase dapat diberikan kepada klien yang fisikinya tidak kuat menghadapai bedah. Radiasi bukan kuratif dan mutunya hanya sedikit dalam pengelolaan bila tumor tidak mungkin bisa dioperasi. Radiasi internal jarang dipakai karena efeknya yang berbahaya.<br />Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam kandung kemih sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam kandung kemih selama dua jam.<br /><br />DIAGNOSA KEPERAWATAN & TINDAKAN PADA KLIEN DENGAN KANKER KANDUNG KEMIH<br />1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.<br />Tujuan :<br />1. Klien dapat mengurangi rasa cemasnya<br />2. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.<br />3. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.<br />Tindakan :<br />Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.<br />Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.<br />Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.<br />Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.<br />Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.<br />Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.<br />Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.<br />Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.<br />Rasional:<br />Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.<br />Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.<br />Dapat menurunkan kecemasan klien.<br />Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.<br />Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.<br />Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.<br />Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.<br />Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.<br /><br />2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.<br />Tujuan :<br />1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas<br />2. Melaporkan nyeri yang dialaminya<br />3. Mengikuti program pengobatan<br />4. Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin<br />Tindakan :<br />Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas<br />Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya<br />Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV<br />Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.<br />Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.<br />Kolaboratif:<br />Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien.<br />Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll<br />Rasional:<br />Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.<br />Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.<br />Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.<br />Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.<br />Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.<br />Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.<br />Untuk mengatasi nyeri.<br /><br />3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.<br />Tujuan :<br />1. Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi<br />2. Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat<br />3. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya<br />Tindakan :<br />Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.<br />Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.<br />Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.<br />Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.<br />Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.<br />Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.<br />Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.<br />Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.<br />Kolaboratif<br />Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin<br />Berikan pengobatan sesuai indikasi<br />Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida<br />Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus.<br />Rasional:<br />Memberikan informasi tentang status gizi klien.<br />Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.<br />Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.<br />Kalori merupakan sumber energi.<br />Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.<br />Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.<br />Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.<br />Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).<br />Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.<br />Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien.<br />Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.<br /><br />4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.<br />Tujuan :<br />1. Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.<br />2. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.<br />3. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- batan.<br />4. Bekerjasama dengan pemberi informasi.<br />Tindakan :<br />Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.<br />Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.<br />Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.<br />Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.<br />Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.<br />Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.<br />Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.<br />Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.<br />Rasional:<br />Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.<br />Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.<br />Membantu klien dalam memahami proses penyakit.<br />Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.<br />Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.<br />Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.<br />Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.<br />Meningkatkan integritas kulit dan kepala.<br /><br />5. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.<br />Tujuan :<br />1. Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi<br />2. Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.<br />3. Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut.<br />Tindakan :<br />Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan klien dan secara periodik.<br />Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran. Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah.<br />Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharan oral hygine.<br />Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras.<br />Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda superinfeksi oral.<br />Kolaboratif<br />Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi<br />Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal lidocaine, antimikrobial mouthwash<br />preparation.<br />Kultur lesi oral.<br />Rasional:<br />Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi memberikan informasi penting untuk mengembangkan rencana keperawatan.<br />Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan minuman.<br />Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.<br />Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa.<br />Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.<br />Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.<br />Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik.<br />Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.<br /><br />6. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake<br />Tujuan :<br />Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.<br />Tindakan :<br />Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.<br />Timbang berat badan jika diperlukan.<br />Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.<br />Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien.<br />Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.<br />Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie.<br />Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.<br />Kolaboratif<br />Berikan cairan IV bila diperlukan.<br />Berikan therapy antiemetik.<br />Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin<br />Rasional:<br />Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.<br />Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.<br />Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.<br />Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia.<br />Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.<br />Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.<br />Mencegah terjadinya perdarahan.<br />Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.<br />Mencegah/menghilangkan mual muntah.<br />Mengetahui perubahan yang terjadi.<br /><br />7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif<br />Tujuan :<br />1. Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi<br />2. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal<br />Tindakan :<br />Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama.<br />Jaga personal hygine klien dengan baik.<br />Monitor temperatur.<br />Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.<br />Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.<br />Kolaboratif<br />Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.<br />Berikan antibiotik bila diindikasikan.<br />Rasional:<br />Mencegah terjadinya infeksi silang.<br />Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.<br />Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.<br />Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.<br />Mencegah terjadinya infeksi.<br />Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.<br />Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.<br /><br />8. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.<br />Tujuan :<br />1. Klien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi terhadap seksualitas<br />2. Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan<br />Tindakan :<br />Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi serta hubungannya dengan penyakitnya.<br />Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap seksualitasnya.<br />Berikan privacy kepada klien dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum masuk.<br />Rasional:<br />a. Meningkatkan ekspresi seksual dan meningkatkan komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya.<br />b. Membantu klien dalam mengatasi masalah seksual yang dihadapinya.<br />c. Memberikan kesempatan bagi klien dan pasangannya untuk mengekspresikan perasaan dan keinginan secara wajar.<br /><br />9. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.<br />Tujuan :<br />1. Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik<br />2. Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan<br />Tindakan :<br />Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.<br />Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.<br />Ubah posisi klien secara teratur.<br />Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.<br />Rasional:<br />a. Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.<br />b. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.<br />c. Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.<br />d. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif.Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-51838337760411350862008-07-30T21:50:00.000-07:002008-07-30T21:52:52.511-07:00TIFUS ABDOMINALIS<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVjhTdxBYreN68YnT-h4R1ac3sgSYP3FmBwTicAgVmjbkX3FAedgI7ZXt7XGX6HYr7YvCL4UvmCaXw3ufqt8e-dZYWnGeF1Uiyx29qNQwobYvatASq2BJNSMOcNEJmigp3DvBMytQQ9vw/s1600-h/ty"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVjhTdxBYreN68YnT-h4R1ac3sgSYP3FmBwTicAgVmjbkX3FAedgI7ZXt7XGX6HYr7YvCL4UvmCaXw3ufqt8e-dZYWnGeF1Uiyx29qNQwobYvatASq2BJNSMOcNEJmigp3DvBMytQQ9vw/s400/ty" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229036608068410802" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKUG9oqaoGojFOe8LSHFmTk1evYE71hpLEJdzvqWblJD3MwiZEF5u4ovQjvKQgNcvsNSw8B5Gb-O7NYvx2JY9KcsrTvBKjyCIIdNZs2Ys3QPUIvwZf6HkTLOZT5ysVRseUPKVOBzYLpdM/s1600-h/typ"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKUG9oqaoGojFOe8LSHFmTk1evYE71hpLEJdzvqWblJD3MwiZEF5u4ovQjvKQgNcvsNSw8B5Gb-O7NYvx2JY9KcsrTvBKjyCIIdNZs2Ys3QPUIvwZf6HkTLOZT5ysVRseUPKVOBzYLpdM/s400/typ" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229036607542976674" /></a><br />Pengertian<br /><br />Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasnya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.<br /><br />Etiologi<br /><br />Salmonella typhi, basil gram negatif, bergerak dengan rambut, tidak berspra. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik), antigen H (flagela) dan antigen Vi.<br /><br />Patogenesis<br /><br />Bakteri masuk melaluin saluran cerna, dibutuhkan jumlah serratus ribu sampai satu milyar untuk dapat menimbulkan infeksi. Sebagaian besar bakteri mati oleh asam lambung. Bakteri yang tetap hidup akan masuk kedalam ileum melalui mikrovili dan mencapai plak payeri, selanjutnya masuk kedalam pembuluh darah (bakteremia). Pada tahap selanjutnya, s.typoii menuju keorgan sistem retikoendotial.<br /><br />Gejala klinis<br /><br />Masa tunas 7-14 (rata-rata 3-30) hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak semangat.<br /><br />Pada kasus khas biasa ditemukan gejala klinis berupa demam, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.<br /><br />Komplikasi<br /><br />Pada tifus abdo0minalis dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan usus, perforasi usus, peritonitis, miningitis, kolesitis, ensefalopati, bronkopneumonia, hepatis, dehidrasi, asidosis.<br /><br />Diagnosis kerja<br /><br />Dari anamnesis dan pemeriksaan jasmani dapat dibuat diagnosis, observasi tifus abdominalis.<br /><br />Untuk memastikan diagnosis perlu dikerjakan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:<br />Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis<br /><br />a. Pemeriksaan darah tepi<br /><br />Terdapat gambar leukoperia, limfositosis relatif dan aneosinofilia. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.<br /><br />b. Pemeriksaan sumsum tulang<br /><br />Teradapat gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES dengan adanya sel makrofag, sedangkan sistem eritropoesis, granulopoesis dan trombopoesis berkurang.<br /><br />Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis <br /><br />a. Biakan empedu<br /><br />Basil salmonella typhii dapat ditemukan dalam darah penderita biasnya dalam minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urin dan <br /><br />feses dan mungkin akan tetap positif untuk waktu yang lama<br /><br />Oleh karena itu pemeriksaan yang positif dari contoh darah digunakan untuk menegakan diagnosis, sedangkan pemeriksaan negatif dari contoh urin dan feses 2 kali berturt-turut digunakan untuk memnentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan tidak menjadi pembawakman (karier).<br /><br />b. Pemeriksaan lidah<br /><br />Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspensi antigen salmonella typii. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan, yaitu pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi. <br /><br />Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O. titer yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukan kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat diagnosis.titer tersebut mencapai puncaknya bersamaan dengan penyembuhan penderita. Titer terhadap antigen H tidak diperlukan untuk diagnosis.<br /><br />Sebaliknya titer dapat positif karena keadaan sebagai berikut:<br /><br />1). Titer O dan H tinggi karena terdapatnya aglutinin normal, karena infeksi basil coli patogen dalam usus.<br /><br />2). Pada neonatus, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui tali pusar.<br /><br />3). Terdapat infeksi silang dengan Rickettesia (loeil felix).<br /><br />4). Akibat imunisasi secara alamiah karena masuknya basil peroral atau pada keadaan infeksi subklinis.<br /><br />Diagnosis vanding<br /><br />Parotifoid A,B dan C, influenza, malaria, tuberkulosis, dengue, pneumonia lobaris.<br /><br />Pengobatan<br /><br />1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.<br /><br />2. Perawatan yang baik untuk menghindarkan komplikasi mengikat sakit yang lama, lemah dan anoreksia dll.<br /><br />3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu istirahat mutlak, berbaring terus ditempat tidur. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.<br /><br />4. Diet makanan harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meragsang dan tidak banyak menimbulkan gas.<br /><br />5. Obat terpilih adalah kloramferikol 100 mg/kg BB/hari dai bagi dalam 4dosis selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Bla pasien tidak serasi/alergi dapat diberikan golongan obat lain misalnya penisilin atau kortimoksazol.<br /><br />6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.<br /><br />Prognosis<br /><br />Prognosis menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti:<br /><br />1. Panas tinggi (hipperpereksia) atau kontinua.<br /><br />2. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, koma atau delirium.<br /><br />3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumonia dll.<br /><br />4. Keadaan gizi penderita buruk.Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-52549687171095851992008-07-30T21:45:00.000-07:002008-07-30T21:47:28.440-07:00STROKE<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivEj9Nk4A5EVE4lVgwQbdOpdaA7nmaw4RE0H7bsnDx8idu36b7ovr52qLHkvTFKmMJlPEXAr_d_2MtuH_LJiSs_3RXDLbFrSkOQ6jl6XYkpxa1GYVkby2KhSaO6V0KCmL-VhVXGogtqi0/s1600-h/S"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivEj9Nk4A5EVE4lVgwQbdOpdaA7nmaw4RE0H7bsnDx8idu36b7ovr52qLHkvTFKmMJlPEXAr_d_2MtuH_LJiSs_3RXDLbFrSkOQ6jl6XYkpxa1GYVkby2KhSaO6V0KCmL-VhVXGogtqi0/s400/S" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229035174751641394" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEintO1OULN9M0_xMhh0NDOKsrHeeP0yoDSEj6JzdmpsN4pFOGHW4XMGCTeWIoxYQ-FPiaYuvFtie9qk8Ee8-2O6kLakjh7Qh2sjUOqlyql3-kzPw2dQ7D0lxntuiNRd1JoOYgQT9RtypRI/s1600-h/ST"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEintO1OULN9M0_xMhh0NDOKsrHeeP0yoDSEj6JzdmpsN4pFOGHW4XMGCTeWIoxYQ-FPiaYuvFtie9qk8Ee8-2O6kLakjh7Qh2sjUOqlyql3-kzPw2dQ7D0lxntuiNRd1JoOYgQT9RtypRI/s400/ST" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229035176752820386" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpGCvdvqvQgk8iB86dRy-T02-km9mirBrzQAocdbAm-kuFr98j7zPhdo0daTANvGJQVbDmrxWxHAmcx_IkpP6aNulYzMbFc0ihVUiGzCSULlWK5NtFKF6I6gPYD3szu4wkji7BKaNZBVU/s1600-h/STR"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpGCvdvqvQgk8iB86dRy-T02-km9mirBrzQAocdbAm-kuFr98j7zPhdo0daTANvGJQVbDmrxWxHAmcx_IkpP6aNulYzMbFc0ihVUiGzCSULlWK5NtFKF6I6gPYD3szu4wkji7BKaNZBVU/s400/STR" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229035181381639042" /></a><br />1. Pengertian Umum Stroke<br />Stroke adalah kehilangan fungsi otak diakibatkan oleh berhentinya suplai<br />darah ke bagian otak, biasanya merupakan kulminasi penyakit serebrovaskuler<br />selama beberapa tahun (Smeltzer, 200 1).<br />Stroke merupakan sindrom klinis yang timbulnya mendadak, progresi<br />cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam<br />atau lebih, bisa juga langsung menimbulkan kematian yang disebabkan oleh<br />gangguan peredaran darah otak n on traumatik (Mansjoer, 2000).<br />Stroke digunakan untuk menamakan sindrom hemiparesis atau<br />hemiparalis akibat lesi vaskular yang bisa bangkit dalam beberapa detik sampai<br />hari, tergantung pada jenis penyakit yang menjadi kausanya (Sidharta, 1994).<br />2. Klasifikasi Stroke<br />Menurut Satyanegara (1998), gangguan peredaran darah otak atau stroke<br />dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:<br />a. Non Haemorrhagi/Iskemik/Infark<br />1)Transient Ischemic Attack (TIA)/Serangan Iskemi Sepintas<br />TIA merupakan tampilan peristiwa berupa episode-episode serangan<br />sesaat dari suatu disfungsi serebral fokal akibat gangguan vaskuler,<br />dengan lama serangan sekitar 2 -15 menit sampai paling lama 24 jam.<br />2) Defisit Neurologis Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurologi Defisit<br />(RIND)<br />Gejala dan tanda gangguan neurologis yang berlangsung lebih lama dari<br />24 jam dan kemudian pulih kembali (dalam jangka waktu kurang dari tiga<br />minggu).<br />3) In Evolutional atau Progressing Stroke<br />Gejala gangguan neurologis yang progresif dalam waktu enam jam atau<br />lebih.<br />4) Stroke Komplit (Completed Stroke / Permanent Stroke )<br />Gejala gangguan neurologis dengan lesi -lesi yang stabil selama periode<br />waktu 18-24 jam, tanpa adanya progesifitas lanjut.<br />b. Stroke Haemorrhagi<br />Perdarahan intrakranial dibedakan berdasarkan tempat perda rahannya, yakni<br />di rongga subararakhnoid atau di dalam parenkhim otak (intraserebral). Ada<br />juga perdarahan yang terjadi bersamaan pada kedua tempat di atas seperti:<br />perdarahan subarakhnoid yang bocor ke dalam otak atau sebaliknya.<br />Selanjutnya gangguan-gangguan arteri yang menimbulkan perdarahan otak<br />spontan dibedakan lagi berdasarkan ukuran dan lokasi regional otak.<br />3. Faktor Risiko Terjadinya Stroke<br />Menurut Baughman (2000) yang menentukan timbulnya manifestasi<br />stroke dikenal sebagai faktor risiko stroke. A dapun faktor-faktor tersebut:<br />a. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial.<br />b. Diabetes Mellitus merupakan faktor risiko terjadi stroke yaitu dengan<br />peningkatan aterogenesis.<br />c. Penyakit Jantung/Kardiovaskuler berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor risiko ini akan menimbulkan embolisme serebral yang berasal dari<br />jantung.<br />d. Kadar hematokrit normal tinggi yang berhubungan dengan infark cerebral.<br />e. Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai, usia di atas 35 tahun, perokok, dan kadar es trogen tinggi.<br />f. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat<br />menyebabkan iskemia cerebral umum.<br />g. Penyalahgunaan obat, terutama pada remaja dan dewasa muda.<br />h. Konsumsi alkohol<br />Sedangkan menurut Harsono (1996), semua faktor yang menen tukan<br />timbulnya manifestasi stroke dikenal sebagai faktor risiko stroke. Adapun faktor -<br />faktor tersebut antara lain:<br />a. Hipertensi<br />Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial. Hipertensi dapat<br />mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak.<br />Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan<br />apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan<br />terganggu dan sel – sel otak akan mengalami kematian.<br />b. Diabetes Mellitus<br />Diabetes Mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang<br />berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan<br />menyempitkan diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut<br />kemudian akan mengganggu kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya<br />akan menyebabkan infark sel – sel otak.<br />c. Penyakit Jantung<br />Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor risiko<br />ini akan menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah ke otak karena<br />jantung melepas gumpalan darah atau sel – sel/jaringan yang telah mati ke<br />dalam aliran darah.<br />d. Gangguan Aliran Darah Otak Sepintas<br />Pada umumnya bentuk – bentuk gejalanya adalah sebagai berikut :<br />Hemiparesis, disartri, kelumpuhan otot – otot mulut atau pipi (perot),<br />kebutaan mendadak, hemiparestesi dan afasia.<br />e. Hiperkolesterolemi<br />Meningginya angka kolesterol dalam darah, terutama low density lipoprotein<br />(LDL), merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya arteriosklerosis<br />(menebalnya dinding pembuluh darah yang kemudian diikuti penurunan<br />elastisitas pembuluh darah). Peningkatan kad ar LDL dan penurunan kadar<br />HDL (High Density Lipoprotein) merupakan faktor risiko untuk terjadinya<br />penyakit jantung koroner.<br />f. Infeksi<br />Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko stroke adalah<br />tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis, dan in feksi cacing.<br />g. Obesitas<br />Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung.<br />h. Merokok<br />Merokok merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya infark jantung.<br />i. Kelainan pembuluh darah otak<br />Pembuluh darah otak yang tidak normal suatu saat akan pecah dan<br />menimbulkan perdarahan.<br />j. Lain – lain<br />Lanjut usia, penyakit paru – paru menahun, penyakit darah, asam urat yang<br />berlebihan, kombinasi berbagai faktor risiko secara teori.<br />4. Etiologi<br />Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari<br />empat kejadian yaitu:<br />a. Trombosis serebral<br />Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah<br />penyebab utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling<br />umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala<br />adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing,<br />perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak<br />dapat dibedakan dari haemorrhagi intracerebral atau embolisme serebral.<br />Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan<br />kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah<br />tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.<br />b. Embolisme serebral<br />Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang -<br />cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau<br />hemiplegia tiba-tiba dengan afasia atau tanpa afasia atau kehilangan<br />kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah<br />karakteristik dari embolisme serebral.<br />c. Iskemia serebral<br />Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena<br />konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.<br />d. Haemorrhagi serebral<br />1) Haemorrhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan<br />bedah neuro yang memerlukan perawata n segera. Keadaan ini biasanya<br />mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri<br />meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera<br />untuk mempertahankan hidup.<br />2) Haemorrhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi epidu ral,<br />kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek.<br />Karenanya periode pembentukan hematoma lebih lama dan<br />menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin<br />mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda atau<br />gejala.<br />3) Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau<br />hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme<br />pada area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada<br />otak.<br />4) Haemorrhagi intracerebral adalah perdar ahan di substansi dalam otak<br />paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral,<br />karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya<br />menyebabkan ruptur pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba,<br />dengan sakit kepala berat. Bila ha emorrhagi membesar, makin jelas<br />defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan<br />abnormalitas pada tanda vital.<br />5. Patofisiologi<br />Menurut Long (1996), otak sangat tergantung kepada oksigen dan tidak<br />mempunyai cadangan oksigen. Bila terjadi anoksia seperti halnya yang terjadi<br />pada CVA, metabolisme di otak segera mengalami perubahan, kematian sel dan<br />kerusakan permanen dapat terjadi dalam 3 sampai 10 menit. Tiap kondisi yang<br />menyebabkan perubahan perfusi otak akan menimbulkan hipoksia atau a noksia.<br />Hipoksia menyebabkan ischemik otak. Ischemik dalam otak waktu lama<br />menyebabkan sel mati permanen dan berakibat terjadi infark otak yang disertai<br />dengan edema otak. Karena pada daerah yang dialiri darah terjadi penurunan<br />perfusi dan oksigen serta peningkatan karbondioksida dan asam laktat.<br />Menurut Satyanegara (1998), adanya gangguan peredaran darah otak<br />dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme yaitu:<br />a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau<br />penyumbatan lumen sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak<br />tidak adekuat, serta selanjutnya akan mengakibatkan perubahan -perubahan<br />iskemik otak. Bila hal ini terjadi sedemikian hebatnya, dapat menimbulkan<br />nekrosis (infark).<br />b. Pecahnya dinding arteri cerebral akan menyebabkan bocornya darah ke<br />jaringan (haemorrhagi).<br />c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan<br />jaringan otak (misalnya: malformasi angiomatosa, aneurisma).<br />d. Edema cerebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interst isiel<br />jaringan otak.<br />6. Manifestasi Klinik.<br />Menurut Smeltzer (2001) manifestasi klinis stroke terdiri atas:<br />a. Defisit Lapang Penglihatan<br />1) Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan)<br />Tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilanga n, penglihatan,<br />mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.<br />2) Kehilangan penglihatan perifer<br />Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek.<br />3) Diplopia<br />Penglihatan ganda.<br />b. Defisit Motorik<br />1) Hemiparesis<br />Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.<br />Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).<br />2) Ataksia<br />Berjalan tidak mantap, tegak<br />Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas.<br />3) Disartria<br />Kesulitan dalam membentuk kata.<br />4) Disfagia<br />Kesulitan dalam menelan.<br />c. Defisit Verbal<br />1) Afasia Ekspresif<br />Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu<br />bicara dalam respon kata tunggal.<br />2) Afasia Reseptif<br />Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mam pu bicara tetapi tidak<br />masuk akal.<br />3) Afasia Global<br />Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.<br />d. Defisit Kognitif<br />Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,<br />penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi ,<br />alasan abstrak buruk, perubahan penilaian.<br />e. Defisit Emosional<br />Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,<br />penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik<br />diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, per asaan isolasi.<br />7. Pemeriksaan Fisik<br />Pada pasien stroke perlu dilakukan pemeriksaan lain seperti tingkat<br />kesadaran, kekuatan otot, tonus otot, pemeriksaan radiologi dan laboratorium.<br />Pada pemeriksaan tingkat kesadaran dilakukan pemeriksaan yang dikenal<br />sebagai Glascow Coma Scale untuk mengamati pembukaan kelopak mata,<br />kemampuan bicara, dan tanggap motorik (gerakan).<br />Pemeriksaan tingkat kesadaran adalah dengan pemeriksaan yang dikenal<br />sebagai Glascow Coma Scale (GCS) yaitu sebagai berikut:<br />a. Membuka mata<br />1) Membuka spontan : 4<br />2) Membuka dengan perintah : 3<br />3) Membuka mata karena rangsang nyeri : 2<br />4) Tidak mampu membuka mata : 1<br />b. Kemampuan bicara<br />1) Orientasi dan pengertian baik : 5<br />2) Pembicaraan yang kacau : 4<br />3) Pembicaraan tidak pantas dan kasar : 3<br />4) Dapat bersuara, merintih : 2<br />5) Tidak ada suara : 1<br />c. Tanggapan motorik<br />1) Menanggapi perintah : 6<br />2) Reaksi gerakan lokal terhadap rangsang : 5<br />3) Reaksi menghindar terhadap rangsang nyeri : 4<br />4) Tanggapan fleksi abnormal : 3<br />5) Tanggapan ekstensi abnormal : 2<br />6) Tidak ada gerakan : 1<br />Sedangkan untuk pemeriksaan kekuatan otot adalah sebagai berikut:<br />0 : Tidak ada kontraksi otot<br />1 : Terjadi kontraksi otot tanpa gerakan nyata<br />2 : Pasien hanya mampu menggeserkan tangan atau kaki<br />3 : Mampu angkat tangan, tidak mampu menahan gravitasi<br />4 : Tidak mampu menahan tangan pemeriksa<br />5 : Kekuatan penuh<br />Menurut Carpenito (1998), evaluasi masing – masing AKS (Aktivitas<br />Kehidupan Sehari – hari) menggunakan skala sebagai berikut:<br />0 : Mandiri keseluruhan<br />1 : Memerlukan alat bantu<br />2 : Memerlukan bantuan minimal<br />3 : Memerlukan bantuan dan/atau beberapa pengawasan<br />4 : Memerlukan pengawasan keseluruhan<br />5 : Memerlukan bantuan total<br />Menurut Tucker (1998), fungsi saraf cranial adalah sebagai berikut:<br />a. Saraf Olfaktorius (N.I): Penghidu/penciuman.<br />b. Saraf Optikus (N.II): Ketajaman penglihatan, lapang pandang.<br />c. Saraf Okulomotorius (N.III): Reflek pupil, otot ocular, eksternal termasuk<br />gerakan ke atas, ke bawah dan medial, kerusakan akan menyebabkan otosis<br />dilatasi pupil.<br />d. Saraf Troklearis (N.IV): Gerakan ocular menyebabkan ketidak mampuan<br />melihat ke bawah dan ke samping.<br />e. Saraf Trigeminus (N.V): fungsi sensori, reflek kornea, kulit wajah dan dahi,<br />mukosa hidung dan mulut, fungsi motorik, reflek rahang.<br />f. Saraf Abduschen (N.VI): gerakan o cular, kerusakan akan menyebabkan<br />ketidakmampuan ke bawah dan ke samping.<br />g. Saraf Facialis (N.VII): fungsi motorik wajah bagian atas dan bawah,<br />kerusakan akan menyebabkan asimetris wajah dan poresis.<br />h. Saraf Akustikus (N.VIII): tes saraf koklear, pendengaran, konduksi udara dan<br />tulang, kerusakan akan menyebabkan tinitus atau kurang pendengaran atau<br />ketulian.<br />i. Saraf Glosofaringeus (N.IX): fungsi motorik, reflek gangguan faringeal atau<br />menelan.<br />j. Saraf Vagus (N.X): bicara.<br />k. Saraf Asesorius (N.XI): kekuatan otot trape sus dan sternokleidomastouides,<br />kerusakan akan menyebabkan ketidakmampuan mengangkat bahu.<br />l. Saraf Hipoglosus (N.XII): fungsi motorik lidah, kerusakan akan menyebabkan<br />ketidakmampuan menjulurkan dan menggerakkan lidah.<br />Menurut Tucker (1998), pemeriksaan pada penderita coma antara lain:<br />a. Gerakan penduler tungkai<br />Pasien tetap duduk di tepi tempat tidur dengan tungkai tergantung, kemudian<br />kaki diangkat kedepan dan dilepas. Pada waktu di lepas akan ada gerakan<br />penduler yang makin lama makin kecil dan biasanya ber henti 6 atau 7<br />gerakan. Beda pada regiditas ekstramidal akan ada pengurangan waktu<br />tetapi tidak teratur atau tersendat – sendat.<br />b. Menjatuhkan tangan<br />Tangan pasien diangkat kemudian dijatuhkan. Pada kenaikan tonus<br />(hipertoni) terdapat penundaan jatuhnya le ngan kebawah. Sementara pada<br />hipotomisitas jatuhnya cepat.<br />c. Tes menjatuhkan kepala<br />Pasien berbaring tanpa bantal, pasien dalam keadaan relaksasi, mata<br />terpejam. Tangan pemeriksa yang satu diletakkan dibawah kepala pasien,<br />tangan yang lain mengangkat kepala dan menjatuhkan kepala lambat. Pada<br />kaku kuduk (nuchal regidity) oleh karena iritasi meningeal terdapat hambatan<br />dan nyeri pada fleksi leher.<br />8. Prognosis Stroke<br />Menurut Harsono (1996) dipengaruhi oleh beberapa faktor:<br />a. Tingkat kesadaran: sadar 16 % mening gal, somnolen 39 % meninggal, yang<br />stupor 71 % meninggal, dan bila koma 100 % meninggal.<br />b. Usia: pada usia 70 tahun atau lebih, angka – angka kematian meningkat<br />tajam.<br />c. Jenis kelamin: laki – laki lebih banyak (16 %) yang meninggal dari pada<br />perempuan (39 %).<br />d. Tekanan darah: tekanan darah tinggi prognosis jelek.<br />e. Lain – lain: cepat dan tepatnya pertolongan.<br />9. Penatalaksanaan Stroke<br />Menurut Harsono (1996), kematian dan deteriosasi neurologis minggu<br />pertama stroke iskemia oleh adanya odema otak. Odem otak timbul dalam<br />beberapa jam setelah stroke iskemik dan mencapai puncaknya 24 -96 jam.<br />Odema otak mula - mula cytofosic, karena terjadi gangguan pada<br />metabolisme seluler kemudian terdapat odema vasogenik karena rusaknya<br />sawar darah otak setempat. Untuk menurunkan od ema otak, dilakukan hal<br />sebagai berikut:<br />a. Naikkan posisi kepala dan badan bagian atas setinggi 20 -30.<br />b. Hindarkan pemberian cairan intravena yang berisi glukosa atau cairan<br />hipotonik.<br />c. Pemberian osmoterapi yaitu :<br />1) Bolus marital 1gr/kg BB dalam 20 -30 menit kemudian dilanjutkan dengan<br />dosis 0,25 gr/kg BB setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam. Target<br />osmolaritas 300-320 mmol/liter.<br />2) Gliserol 50% oral 0, 25 - 1gr/kg BB setiap 4 atau 6 jam atau geiseral 10%.<br />Intravena 10 ml/kg BB dalam 3 -4 jam (untuk odema cerebr i ringan,<br />sedang).<br />3) Furosemide 1 mg/kg BB intravena.<br />d. Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik sampai<br />PCO2 = 29-35 mmHg.<br />e. Tindakan bedah dikompresif perlu dikerjakan apabila terdapat supra tentoral<br />dengan pergeseran linea mediarea atau cerebral infark disertai efek rasa.<br />f. Steroid dianggap kurang menguntungkan untuk terapi udara cerebral oleh<br />karena disamping menyebabkan hiperglikema juga naiknya resiko infeksi.<br />10. Pemeriksaan Penunjang<br />Menurut Harsono (1996) pemeriksaan penunjang yang da pat dilakukan<br />pada penderita stroke adalah sebagai berikut:<br />a. Head CT Scan<br />Pada stroke non hemorhargi terlihat adanya infark sedangkan pada stroke<br />haemorhargi terlihat perdarahan.<br />b. Pemeriksaan lumbal pungsi<br />Pada pemeriksaan pungsi lumbal untuk pemeriksaan dia gnostik diperiksa<br />kimia sitologi, mikrobiologi, virologi . Disamping itu dilihat pula tetesan cairan<br />cerebrospinal saat keluar baik kecepatannya, kejernihannya, warna dan<br />tekanan yang menggambarkan proses terjadi di intra spinal. Pada stroke non<br />hemorargi akan ditemukan tekanan normal dari cairan cerebrospinal jernih.<br />Pemeriksaan pungsi cisternal dilakukan bila tidak mungkin dilakukan pungsi<br />lumbal. Prosedur ini dilakukan dengan supervisi neurolog yang telah<br />berpengalaman.<br />c. Elektrokardiografi (EKG)<br />Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan dalam suplai<br />darah ke otak.<br />d. Elektro Encephalo Grafi<br />Elektro Encephalo Grafi mengidentifikasi masalah berdasarkan gelombang<br />otak, menunjukkan area lokasi secara spesifik.<br />e. Pemeriksaan darah<br />Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan darah, kekentalan<br />darah, jumlah sel darah, penggumpalan trombosit yang abnormal dan<br />mekanisme pembekuan darah.<br />f. Angiografi cerebral<br />Pada cerebral angiografi membantu secara spesifik penyebab stroke seperti<br />perdarahan atau obstruksi arteri, memperlihatkan secara tepat letak<br />oklusi atau ruptur.<br />g. Magnetik Resonansi Imagine (MRI)<br />Menunjukkan darah yang mengalami infark, haemorhargi, Malformasi Arterior<br />Vena (MAV). Pemeriksaan ini lebih canggih dibanding CT Scan.<br />h. Ultrasonografi dopler<br />Mengidentifikasi penyakit Malformasi Arterior Vena .<br />(Harsono,1996).<br />Menurut Wibowo (1991), pemeriksaan X-Ray kepala dapat menunjukkan<br />perubahan pada glandula peneal pada sisi yang berlawanan dari massa yang<br />meluas, klasifikasi karotis internal yang dapat dilihat pada trombosis cerebral,<br />klasifikasi parsial pada dinding aneurisme pada perdarahan subarachnoid.<br />11. Komplikasi<br />Komplikasi stroke menurut Satyanegara (1998):<br />a. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)<br />1) Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat<br />mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya<br />menimbulkan kematian.<br />2) Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.<br />b. Komplikasi Jangka pendek (1-14 hari pertama)<br />1) Pneumonia: Akibat immobilisasi lama<br />2) Infark miokard<br />3) Emboli paru: Cenderung terjadi 7 -14 hari pasca stroke, seringkali pada<br />saat penderita mulai mobilisasi.<br />4) Stroke rekuren: Dapat terjadi pada setiap saat.<br />c. Komplikasi Jangka panjang<br />Stroke rekuren, infark miokard, ga ngguan vaskular lain: penyakit vaskular<br />perifer.<br />Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke<br />yaitu:<br />a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi<br />b. Penurunan darah serebral<br />c. Embolisme serebral.Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-25097339562981283252008-07-30T21:11:00.000-07:002008-07-30T21:56:34.349-07:00LEUKEMIA<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEfLAWQ0McliO4pO-Obu-vbcIq4aNn_6JK9PF3aSTsWXc0GnjrK9NARMAAN8fFSIdJFDh4q8FN9RGUv6PgC89DLCKZOxsw2jnNcFen9-UKMRJ1MQr2P-YtchV4jMgvuUY_qi7MqfPIbL8/s1600-h/LE"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEfLAWQ0McliO4pO-Obu-vbcIq4aNn_6JK9PF3aSTsWXc0GnjrK9NARMAAN8fFSIdJFDh4q8FN9RGUv6PgC89DLCKZOxsw2jnNcFen9-UKMRJ1MQr2P-YtchV4jMgvuUY_qi7MqfPIbL8/s400/LE" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229026856961857890" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ1cegT_RTlpAa7i2Ya2XVC-_X_Cr7835SGQbMExffUjSAeFfmIe2iM1sRyoXeccTiweBJ-aAlYaDIpPnLPITVp4yFNzHFJAnfsHros1d2bwVQxSGyD9U4_eFpGSRXTloTQtsWUxCvYeM/s1600-h/LEI"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ1cegT_RTlpAa7i2Ya2XVC-_X_Cr7835SGQbMExffUjSAeFfmIe2iM1sRyoXeccTiweBJ-aAlYaDIpPnLPITVp4yFNzHFJAnfsHros1d2bwVQxSGyD9U4_eFpGSRXTloTQtsWUxCvYeM/s400/LEI" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229026855351870818" /></a><br />Pengertian<br />Menurut Ahmad Ramadi (1998) leukemia merupakan penyakit ganas, progresif pada organ - organ pembentukan darah yang ditandai dengan proliferasi dan perkembangan leukosit serta pendahulunya secara abnormal di dalam darah dan sumsum tulang belakang. Proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang tidak abnormal, jumlahnya berlebihan, dapat ,menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Mansjoer, 1999).<br />Menurut jenisnya, leukemia dapat dibagi atas leukemia mieloid dan limfoid. Masing-masing ada yang akut dan kronik. Secara garis besar , pembagian leukemia adalah sebagai berikut yaitu :<br />Leukemia limfoid :<br />Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)<br />Merupakan kanker yang paling sering menyerang anak-anak dibawah umur 15 tahun, dengan puncak insidensi antara umur 3 sampai 4 tahun.<br />Manifestasi dari LLA adalah berupa proliferasi limpoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat-tempat ekstramedular. Paling sering terjadi pada laiki - laki dibandingkan perempuan, LLA jarang terjadi (Smeltzer dan Bare, 2001).<br />Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa: lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit) infeksi dan demam karena, berkurangnya jumlah sel darah putih perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit. (www.medicastore.com)<br />Manifestasi klinis :<br />Hematopoesis normal terhambat<br />Penurunan jumlah leukosit<br />Penurunan sel darah merah<br />Penurunan trombosit<br /><br />Leukeumia Limfositik Kronik (LLK)<br />Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah bening. Lebih dari 3/4 penderita berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali lebih sering menyerang pria. Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan kedua nya mulai membesar. Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah. Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan jaringan tubuh yang normal. (www.medicastore.com)<br />Manifestasinya adalah :<br />Adanya anemia<br />Pembesaran nodus limfa<br />Pembesaran organ abdomen<br />Jumlah eritrosi dan trombosit mungkin normal atau menurun<br />Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)<br /><br />Leukemia Mieloid<br />Leukemia Mielositik akut (LMA)<br />Menurut Smeltzer dan Bare (2001), Leukemia akut ini mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke sua sel mieloid;monosit, granulosit, eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena , insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.<br />Gambaran klinis LMA, antara lain yaitu ;terdapat peningkatan leukosit, pembesaran pada limfe, rasa lelah, pucat, nafsu makan menurun, anemia, ptekie, perdarahan , nyeri tulang, Infeksi<br />Leukemia Mielogenus Kronik (LMK)<br />Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik, LMK) adalah suatu penyakit dimana sebuah sel di dalam sumsum tulang berubah menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah besar granulosit (salah satu jenis sel darah putih) yang abnormal (www.medicastore.com).<br />Dimasukkan kedalam keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak terdapat sel normal dibaniding dalam bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan, jarang menyerang individu di bawah umur 20 tahun, namun insidensinya meningkat sesuai pertambahan umur.<br />Gambaran klinis LMK mirip dengan LMA, tetapi gejalanya lebih ringan yaitu ; Pada stadium awal, LMK bisa tidak menimbulkan gejala. Tetapi beberapa penderita bisa mengalami: kelelahan dan kelemahan, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, demam atau berkeringat dimalam hari, perasaan penuh di perutnya (karena pembesaran limpa) (Smeltzer dan Bare, 2001).<br /><br />Etiologi<br />Menurut Smeltzer dan Bare (2001) meskipun penyebab leukemia tidak diketahui , presdiposisi genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan peranan.<br />Faktor lingkungan berupa paparan radiasi pergion dosis tinggi disertai manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun kemudian. Zat-zat kimia (misalnya benzen, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen antineoplastil) dikaitkan dengan frkuensi yang meningkat khususnya agen-agen alkil.<br />Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.<br />Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.<br />Virus menyebabkan beberapa leukemia pada binatang (misalnya kucing). Virus HTLV-I (human T-cell lymphotropic virus type I), yang menyerupai virus penyebab AIDS, diduga merupakan penyebab jenis leukemia yang jarang terjadi pada manusia, yaitu leukemia sel-T dewasa.Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia (www. medicastore.com).<br />Patofisiologi<br />Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita dengan infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Lekemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel lekemia memblok produksi sel darah putih yang normal , merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel lekemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan (www.MayoClinic.com).<br />Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia,. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur, yang termasuk translokasi ini, dua atau lebih kromosom mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.<br />Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom (translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.(www. medicastore.com)<br /><br />Pemeriksaan penunjang<br />Menurut Doengoes dkk (1999) menyatakan bahwa pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :<br />Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.<br />Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml<br />Retikulosit : jumlah biasanya rendah<br />Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm)<br />SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang imatur (mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast leukemia.<br />PT/PTT : memanjang<br />LDH : mungkin meningkat<br />Asam urat serum/urine : mungkin meningkat<br />Muramidase serum (lisozim) : penigkatabn pada leukimia monositik akut dan mielomonositik.<br />Copper serum : meningkat<br />Zinc serum : meningkat<br />Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun.<br />Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan<br /><br />Penatalaksanaan<br />Pengobatan Leukemia Mielogenus Kronik<br />Sebagian besar pengobatan tidak menyembuhkan penyakit, tetapi hanya memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan dianggap berhasil apabila jumlah sel darah putih dapat diturunkan sampai kurang dari 50.000/mikroliter darah. Pengobatan yang terbaik sekalipun tidak bisa menghancurkan semua sel leukemik. Satu-satunya kesempatan penyembuhan adalah dengan pencangkokan sumsum tulang. Pencangkokan paling efektif jika dilakukan pada stadium awal dan kurang efektif jika dilakukan pada fase akselerasi atau krisis blast. Obat interferon alfa bisa menormalkan kembali sumsum tulang dan menyebabkan remisi. Hidroksiurea per-oral (ditelan) merupakan kemoterapi yang paling banyak digunakan untuk penyakit ini. Busulfan juga efektif, tetapi karena memiliki efek samping yang serius, maka pemakaiannya tidak boleh terlalu lama. Terapi penyinaran untuk limpa kadang membantu mengurangi jumlah sel leukemik. Kadang limpa harus diangkat melalui pembedahan (splenektomi) untuk: mengurangi rasa tidak nyaman di perut, meningkatkan jumlah trombosit, mengurangi kemungkinan dilakukannya tranfusi.<br />Leukemia Limfoblastik Akut :<br />Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan menghancurkan sel-sel leukemik sehingga sel noramal bisa tumbuh kembali di dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada respon yang ditunjukkan oleh sumsum tulang.<br />Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin memerlukan: transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan, antibiotik untuk mengatasi infeksi. Beberapa kombinasi dari obat kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang selama beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednison per-oral (ditelan) dan dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau asparaginase intravena. Untuk mengatasi sel leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi penyinaran ke otak. Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan tambahan (kemoterapi konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-sisa sel leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau buah zakar. Pemunculan kembali sel leukemik di sumsum tulang merupakan masalah yang sangat serius. Penderita harus kembali menjalani kemoterapi. Pencangkokan sumsum tulang menjanjikan kesempatan untuk sembuh pada penderita ini. Jika sel leukemik kembali muncul di otak, maka obat kemoterapi disuntikkan ke dalam cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan kembali sel leukemik di buah zakar, biasanya diatasi dengan kemoterapi dan terapi penyinaran.<br />Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik <br />Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga banyak penderita yang tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai jumlah limfosit sangat banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi penurunan jumlah eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi darah dan suntikan eritropoietin (obat yang merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika jumlah trombosit sangat menurun, diberikan transfusi trombosit. Infeksi diatasi dengan antibiotik.<br />Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil ukuran kelenjar getah bening, hati atau limpa. Obat antikanker saja atau ditambah kortikosteroid diberikan jika jumlah limfositnya sangat banyak. Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa menyebabkan perbaikan pada penderita leukemia yang sudah menyebar. Tetapi respon ini biasanya berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka panjang, kortikosteroid menyebabkan beberapa efek samping. Leukemia sel B diobati dengan alkylating agent, yang membunuh sel kanker dengan mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan interferon alfa dan pentostatin.Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-51759139286626916072008-07-30T21:08:00.000-07:002008-07-30T21:56:57.331-07:00ANEMIA<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_RbhlxKfBccf3WhTp9kNSB9hnlssYCZ2ehgjAsEPPRGyRUPI3TxyZ9kK3rBQRGaBqmrXkRbM9RGE5FLlockACFVLgyJvYYBAiaZJ3wOwatAa3ys4NkPn1WwPRTnCwLDQwkcjREbVyIuY/s1600-h/A"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_RbhlxKfBccf3WhTp9kNSB9hnlssYCZ2ehgjAsEPPRGyRUPI3TxyZ9kK3rBQRGaBqmrXkRbM9RGE5FLlockACFVLgyJvYYBAiaZJ3wOwatAa3ys4NkPn1WwPRTnCwLDQwkcjREbVyIuY/s400/A" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229025503312768546" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTSSaLTqmydJQlH9vdd_SJIVuazwkcPkn5Maq3XIf5SS3Qvip8m8Q1sSRjaNqS3zm8RAlwfxRIQsvxGKKp07agdTWtZloVYT4LhZugYMAYBstnz6QfpuePFJVN4-80XbPV06tE7K9ffSw/s1600-h/AN"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTSSaLTqmydJQlH9vdd_SJIVuazwkcPkn5Maq3XIf5SS3Qvip8m8Q1sSRjaNqS3zm8RAlwfxRIQsvxGKKp07agdTWtZloVYT4LhZugYMAYBstnz6QfpuePFJVN4-80XbPV06tE7K9ffSw/s400/AN" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229025508375092402" /></a><br />A. Pengertian<br />Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).<br />Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).<br />Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).<br />Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.<br /><br />B. Etiologi<br />Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.<br />Penyebab umum dari anemia:<br /> Perdarahan hebat<br /> Akut (mendadak)<br /> Kecelakaan<br /> Pembedahan<br /> Persalinan<br /> Pecah pembuluh darah<br /> Penyakit Kronik (menahun)<br /> Perdarahan hidung<br /> Wasir (hemoroid)<br /> Ulkus peptikum<br /> Kanker atau polip di saluran pencernaan<br /> Tumor ginjal atau kandung kemih<br /> Perdarahan menstruasi yang sangat banyak<br /> Berkurangnya pembentukan sel darah merah<br /> Kekurangan zat besi<br /> Kekurangan vitamin B12<br /> Kekurangan asam folat<br /> Kekurangan vitamin C<br /> Penyakit kronik<br /> Meningkatnya penghancuran sel darah merah<br /> Pembesaran limpa<br /> Kerusakan mekanik pada sel darah merah<br /> Reaksi autoimun terhadap sel darah merah<br /> Hemoglobinuria nokturnal paroksismal<br /> Sferositosis herediter<br /> Elliptositosis herediter<br /> Kekurangan G6PD<br /> Penyakit sel sabit<br /> Penyakit hemoglobin C<br /> Penyakit hemoglobin S-C<br /> Penyakit hemoglobin E<br /> Thalasemia (Burton, 1990).<br /><br />C. Patofisiologi<br />Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.<br />Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.<br />Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).<br /><br />D. Manifestasi klinis<br />Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).<br />Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).<br /><br />E. Komplikasi<br />Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).<br /><br />F. Pemeriksaan penunjang<br /> Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun<br /> Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).<br /> Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).<br /> Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).<br /> LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.<br /> Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.<br /> Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).<br /> SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).<br /> Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)<br /> Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.<br /> Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).<br /> Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi<br /> Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)<br /> TBC serum : meningkat (DB)<br /> Feritin serum : meningkat (DB)<br /> Masa perdarahan : memanjang (aplastik)<br /> LDH serum : menurun (DB)<br /> Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)<br /> Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).<br /> Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).<br /> Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).<br /> Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).<br /><br />G. Penatalaksanaan Medis<br />Tindakan umum :<br />Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.<br />1. Transpalasi sel darah merah.<br />2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.<br />3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.<br />4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.<br />5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.<br />6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.<br />Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :<br />1. Anemia defisiensi besi<br />Penatalaksanaan :<br /> Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.<br /> Pemberian preparat fe<br /> Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan<br /> Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.<br />2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12<br />3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral<br />4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.<br /><br />MANAJEMEN KEPERAWATAN<br /><br />A. Pengkajian<br />Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994).<br />Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :<br />1) Aktivitas / istirahat<br />Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.<br />Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.<br />2) Sirkulasi<br />Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).<br />Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).<br />3) Integritas ego<br />Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.<br />Tanda : depresi.<br />4) Eleminasi<br />Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.<br />Tanda : distensi abdomen.<br />5) Makanan/cairan<br />Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).<br />Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).<br />6) Neurosensori<br />Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.<br />Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).<br />7) Nyeri/kenyamanan<br />Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)<br />8) Pernapasan<br />Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.<br />Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.<br />9) Keamanan<br />Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.<br />Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).<br />10) Seksualitas<br />Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.<br />Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.<br /><br />B. Diagnosa Keperawatan<br />Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).<br />Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :<br />1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).<br />2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.<br />3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.<br />4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.<br />5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.<br />6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.<br />7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.<br /><br />C. Intervensi/Implementasi keperawatan<br />Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)<br />Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).<br />Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :<br />1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).<br />Tujuan : Infeksi tidak terjadi.<br />Kriteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.<br />- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.<br /><br />INTERVENSI & IMPLEMENTASI<br /> Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.<br />Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.<br /> Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.<br />Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.<br /> Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.<br />Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.<br /> Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.<br />Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.<br /> Tingkatkan masukkan cairan adekuat.<br />Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.<br /> Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.<br />Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.<br /> Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.<br />Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.<br /> Amati eritema/cairan luka.<br />Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.<br /> Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)<br />Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan.<br /> Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).<br />Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.<br /><br />2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.<br />Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi<br />Kriteria hasil : - menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.<br />- tidak mengalami tanda mal nutrisi.<br />- Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.<br /><br /><br />INTERVENSI & IMPLEMENTASI<br /> Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.<br />Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.<br /> Observasi dan catat masukkan makanan pasien.<br />Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.<br /> Timbang berat badan setiap hari.<br />Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.<br /> Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.<br />Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.<br /> Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.<br />Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.<br /> Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.<br />Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.<br /><br /> Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.<br />Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.<br /> Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.<br />Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.<br /> Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.<br />Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.<br /><br />3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.<br />Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.<br />Kriteria hasil : - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)<br />- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.<br /><br />INTERVENSI & IMPLEMENTASI<br /> Kaji kemampuan ADL pasien.<br />Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.<br /> Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.<br />Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.<br /> Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.<br />Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.<br /> Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.<br />Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.<br /> Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).<br />Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.<br />4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.<br />Tujuan : peningkatan perfusi jaringan<br />Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.<br /><br /><br /><br />INTERVENSI & IMPLEMENTASI<br /> Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.<br />Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.<br /> Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.<br />Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.<br /> Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.<br />Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung. <br /> Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.<br />Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.<br /> Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.<br />Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.<br /> Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.<br />Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.<br /> Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.<br />Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.<br /><br />5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.<br />Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.<br />Kriteria hasil : - mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.<br /><br />INTERVENSI & IMPLEMENTASI<br /> Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi.<br />Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.<br /> Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur.<br />Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.<br /> Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.<br />Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan.<br /> Bantu untuk latihan rentang gerak.<br />Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.<br /> Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi)<br />Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.<br /><br />6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.<br />Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.<br />Kriteria hasil : - menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat.<br /><br />INTERVENSI & IMPLEMENTASI<br /> Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.<br />Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.<br /> Auskultasi bunyi usus.<br />Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.<br /> Awasi intake dan output (makanan dan cairan).<br />Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.<br /> Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.<br />Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare.<br /> Hindari makanan yang membentuk gas.<br />Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen<br /> Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.<br />Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.<br /> Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.<br />Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.<br /> Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)<br />Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.<br /> Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).<br />Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.<br />7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.<br />Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.<br />Kriteria hasil : - pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.<br />- mengidentifikasi factor penyebab.<br />- Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.<br /><br />INTERVENSI & IMPLEMENTASI<br /> Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.<br />Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.<br /> Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.<br />Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.<br /> Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.<br />Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.<br /> Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.<br />Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.<br /> Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.<br />Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.<br /> Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.<br />Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.<br /><br />D. Evaluasi<br />Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)<br />Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :<br />1) Infeksi tidak terjadi.<br />2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.<br />3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.<br />4) Peningkatan perfusi jaringan.<br />5) Dapat mempertahankan integritas kulit.<br />6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.<br />7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-19272720330804828992008-07-30T21:05:00.000-07:002008-07-30T21:30:19.746-07:00PANU<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtMDSZFFI_z6GERE8VjQJZuuds2BHcJ9I74P-kYAvEBY_5kvaeOOgg8QK1KVctvTbjXXjr_lwikmX425BebHRSHB_DcjWQOFIRITcQZ4BuRUUlpsTjfT7uFjhqM_JBW7faFhkjEtxAJp8/s1600-h/P"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtMDSZFFI_z6GERE8VjQJZuuds2BHcJ9I74P-kYAvEBY_5kvaeOOgg8QK1KVctvTbjXXjr_lwikmX425BebHRSHB_DcjWQOFIRITcQZ4BuRUUlpsTjfT7uFjhqM_JBW7faFhkjEtxAJp8/s400/P" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229024565139447282" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8PxApl9j_sxylSiNbEMOu0ZKDlDZWsfrNztXl96XCDKiipwOnSOpf9xIpZmXPlkhRdiXAH2Z9vR4h1Mr9UMJNf54nWQ0_U5SgNRnRsOqnbfOhxOSbloJADwSJf2fTqFOQdgaFEKgZ-7U/s1600-h/PP"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8PxApl9j_sxylSiNbEMOu0ZKDlDZWsfrNztXl96XCDKiipwOnSOpf9xIpZmXPlkhRdiXAH2Z9vR4h1Mr9UMJNf54nWQ0_U5SgNRnRsOqnbfOhxOSbloJADwSJf2fTqFOQdgaFEKgZ-7U/s400/PP" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229024571623334338" /></a><br />Banyak orang beranggapan bahwa penyakit panu atau kurap sekadar masalah kosmetik. Pernah menikmati tempe atau tapai? Di masyarakat Indonesia kedua makanan ini sangat akrab sebagai hidangan di atas meja. Makanan dari kedua jenis bahan itu cukup lunak dan nikmat ketika dimakan. Ini tentu berbeda bila kita menyantap bahan bakunya. Tidak lunak, bukan?<br /><br /><br />Kenikmatan rasa tempe, tapai, roti, oncom, dan masih banyak jenis makanan yang lainnya itu dihasilkan dari proses fermentasi jamur. Kehadiran jamur dimanfaatkan untuk hal lain, seperti untuk melengkapi sayuran dan lauk-pauk bagi keluarga, dan untuk menghasilkan obat antibiotik.<br /><br />Di dunia diperkirakan terdapat 100 ribuan jenis jamur. Tergolong ke dalam kelompok fungi, jamur bisa saja terdiri atas satu sel yang besarnya beberapa mikrometer, atau dapat juga membentuk tubuh buah yang besarnya mencapai satu meter. Sel-selnya tersusun berderet satu per satu dan membentuk hifa atau benang-benang (filamen). Alat perkembangbiakannya berupa spora.<br /><br />Karena tak punya hijau daun, jamur menjadi makhluk konsumen dan sangat bergantung pada medium yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan persenyawaan kimia lainnya. Semua itu didapatkannya dengan cara menyerap unsur yang dibutuhkan dari lingkungan hidupnya melalui sistem hifa.<br /><br />Selain bisa melakukan fermentasi medium karbohidrat menjadi gula, jamur pun juga sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan jamur, sampah dan bangkai makhluk hidup lainnya bisa terurai. Namun, seringkali jamur juga dapat menguraikan bahan yang diperlukan manusia sehingga bisa mendatangkan kerugian. Pembusukan pada makanan dan pelapukan pada kayu cukup merepotkan manusia. Tak hanya itu, jamur bisa beracun dan menyebabkan penyakit tertentu.<br /><br />Jamur pada manusia<br />Jamur memang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Sedemikian eratnya sehingga manusia tak terlepas dari jamur. Jenis fungi-fungian ini bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri.<br /><br />''Jelasnya, di mana pun jamur bisa hidup, terutama di lingkungan yang cocok baginya berkembang biak. Manusia itu termasuk salah satu tempat bagi jamur untuk tumbuh, di samping bakteri dan virus,'' jelas pakar kesehatan kulit dan kelamin, Dr Kusmarinah Bramono dari FKUI (RSUPN-Cipto Mangunkusumo) dalam pemaparan tentang jamur di Jakarta, beberapa waktu lalu.<br /><br />Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit, mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin dari jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun.<br /><br />Pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur yang menyerang.<br /><br />Menurut Jimmy Sutomo dari perusahaan Janssen-Cilag, sebagai negara tropis Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Karena itu, penyakit-penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat.<br /><br />''Kita lihat, banyak masyarakat tak menyadari bahwa dirinya terinfeksi oleh jamur. Bahkan, jamur bisa mengenai manusia dari kepala hingga ujung kaki, dari bayi hingga orang dewasa dan orang lanjut usia,'' ujar Jimmy. Janssen-Cilag merupakan perusahaan farmasi yang memimpin pasaran dengan obat antijamur yang mengandung miconazole nitrate dua persen.<br /><br />Jimmy menjelaskan, banyak orang meremehkan penyakit karena jamur, seperti panu atau kurap. Padahal, penyakit ini bisa menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari pakaian yang terkontaminasi spora jamur. Banyak anggapan, katanya, penyakit panu atau kurap sekadar masalah kosmetik.<br /><br />Anggapan ini dibenarkan Kusmarinah. ''Kami sering menangani pasien karena jamur. Mereka baru datang ke dokter kalau sudah merasakan gangguan kosmetik yang parah akibat infeksi jamur. Sebelumnya, mereka tak begitu memperhatikan penyakit ini.''<br /><br />Pengobatan<br />Seharusnya, lanjut ahli kulit dari FKUI itu, masyarakat perlu memperhatikan kebersihan diri dan menjaga kekebalan tubuhnya bila ingin terhindar dari infeksi jamur. Bahaya infeksi jamur tak sekadar menyebabkan panu atau kurap saja, tapi juga bisa menyebakan kematian bila infeksinya meluas dan bahkan masuk ke organ dalam tubuh.<br /><br />Karena itu, bila mendapati dirinya terkena infeksi jamur maka seseorang itu perlu segera diobati. Pengobatan yang dilakukan biasanya dengan antijamur. Lamanya pengobatan tergantung pada tingkat infeksi yang terjadi. ''Pengobatan diusahakan dilakukan sampai penyakit hilang dan sembuh benar. Kami pun harus memilih jenis obat antijamur yang efektif membasmi jamur dengan efek samping yang minimal,'' sambung Kusmarinah.<br /><br />Dia mengemukakan, ada jenis obat yang bersifat iritan. Maksudnya, cara kerja obat tersebut memapas jamur dengan mengikis permukaan yang terkena jamur tiap lapisan. Biasanya obat ini memerlukan waktu 1-4 minggu untuk jenis panu atau kurap. Tapi, kondisi inipun tergantung pada tingkat keparahannya. Jenis obat lainnya bersifat fungisida. Ini lebih mengarahkan sasaran pada jamur itu sendiri tanpa mengiritasi kulit.<br /><br />Kusmarinah dan Jimmy mengakui, banyak produk farmasi khusus untuk obat jamur kulit yang dijual bebas di pasaran. Umumnya masyarakat pun melakukan self medication atau pengobatan sendiri dengan membeli obat antijamur yang bebas itu. ''Bisa-bisa saja penderita melakukannya. Hanya saja, asal tahu jelas jenis infeksi jamur yang dideritanya. Namun, saya sering menemukan, masyarakat salah menggunakannya. Mereka biasanya berlebihan dalam menggunakan obat. Akibatnya, ketika kami diagnosis sulit bagi kami untuk melihat gejalanya,'' demikian Kusmarinah merincinya.<br /><br />Itu juga karena persoalan informasi yang tak sampai pada masyarakat pengguna produk. ''Untuk informasi produk seharusnya disampaikan oleh ahli farmasi. Di negara kita, fungsi ini tak berjalan,'' cetus Jimmy.<br /><br />Maka, masyarakat diharapkan berhati-hati dalam menggunakan obat. Sebab, infeksi jamur tak bisa dianggap enteng dan tak selalu bisa diatasi dengan pengobatan sendiri. Apalagi, dari seluruh penyakit kulit yang ditemui, masalah infeksi jamur ternyata tergolong cukup tinggi. Dengan demikian, masyarakat diharapkan meminta saran pengobatan kepada dokter dan melakukan pencegahan terhadap infeksi jamur.<br /><br />Kenali Jenis Infeksi Jamur Kulit<br />* Panu (pitiriasis versikolor): menyerang kulit, bercak putih, merah, atau hitam.<br />* Kurap (dermatofitosis) yang terdiri atas Tinea Apitis menyerang kulit kepala, Tinea Korporis pada permukaan kulit, Tinea Kruris pada lipatan kulit, Tinea Pedis pada sela jari kaki (athlete's foot), Tinea Manus pada kulit telapak tangan, Tinea Imbrikata berupa sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku). Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru.<br /><br />* Ketombe (Pitiriasis Sika).<br />* Infeksi Kandida (kandidosis) pada lipatan kulit, sela jari, sela paha, ketiak, bawah payudara, mulut (sariawan), genetalia (keputihan), dan ruam popok.<br /><br />Faktor-faktor Pencetus Infeksi<br />- Lembab dan panas dari lingkungan, dari pakaian ketat, dan pakaian tak menyerap keringat.<br />- Keringat berlebihan karena berolahraga atau karena kegemukan.<br />- Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk.<br />- Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, antara lain karena pemakaian antibiotik, atau hormonal dalam jangka panjang.<br />- Penyakit tertentu, misalnya HIV/AIDS, dan diabetes.<br />- Kehamilan dan menstruasi. Kedua kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sehingga rentan terhadap jamur.<br /><br />Cara Memastikan Penyakit Jamur<br />- Pemeriksaan tampilan secara klinis.<br />- Pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu Wood (UV), kerokan kulit, mukosa, kuku untuk pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan biakan untuk mengetahui jenis jamurnyaArie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-11480177490229529852008-07-30T21:00:00.000-07:002008-07-30T21:30:47.744-07:00JERAWAT<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrKSiq88wt-D4qw6j3nWAiPmV9IVX2hYO3VNxNJyn-8brHqRWUUJBys_reP7jDC9b3skqMgCAQ_gY6W1z_dVH2W6U9t7KlKIdhb82S6UQ2bX2xuQIlMnItC5Aw3wwx8pjWlMZunxtgQMw/s1600-h/J"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrKSiq88wt-D4qw6j3nWAiPmV9IVX2hYO3VNxNJyn-8brHqRWUUJBys_reP7jDC9b3skqMgCAQ_gY6W1z_dVH2W6U9t7KlKIdhb82S6UQ2bX2xuQIlMnItC5Aw3wwx8pjWlMZunxtgQMw/s400/J" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229023435025314114" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkdP2oCv8KGAQDCqWgdm9QRPfEBnoWW0qRy-KIacrg6n8yLu3bNyBFULD4f5ESQl1QOg6orZmjOFgqZ3Tcc6CDft4297JpHDY2_ViWsYdFKcthdlMmZwRUQOmnx1LtmqpRXw5OBrf7JWU/s1600-h/JJ"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkdP2oCv8KGAQDCqWgdm9QRPfEBnoWW0qRy-KIacrg6n8yLu3bNyBFULD4f5ESQl1QOg6orZmjOFgqZ3Tcc6CDft4297JpHDY2_ViWsYdFKcthdlMmZwRUQOmnx1LtmqpRXw5OBrf7JWU/s400/JJ" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229023441081273298" /></a><br />Definisi Dan Pengertian Jerawat <br /><br />Definisi Dan Pengertian Jerawat<br /><br />Jerawat adalah kondisi kulit yang abnormal dikarenakan gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan. Kelebihan produksi kelenjar minyak ini atau sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut dan pada pori-pori kulit. Seringkali Jerawat akan menyebabkan peradangan pada kulit (kulit membengkak dan menjadi kemerah merahan). Peradangan pada kulit ini disebabkan oleh berlebihnya produksi kelenjar minyak kulit atau sebum yang kemudian menyumbat saluran kelenjar dan membentuk komedo (whiteheads) dan seborhoea.<br /><br />Kalau penyumbatan yang disebabkan oleh kelenjar minyak kulit ini semakin membesar maka komedo akan terbukan (blackheads) dan kemudian sering kali berinteraksi atau terkena bakteri jerawat. Kalau kamu menemukan jerawat dengan nanah biasanya bisa dipastikan jerawat tersebut terlah terinfeksi dengan bakteri.<br /><br />Jerawat sering kali muncul dibagian bagian tertentu tubuh kita, yang paling mudah terkena jerawat biasanya adalah bagian muka, dada, bagian atas lengan kita serta punggung. Kemunculan jerawat bisanya dimulai atau terjadi ketika masa masa pubertas atau mulai menginjak dewasa antara usia 14 sampai 19 tahun. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan hormonal pada remaja yang menginjak dewasa.<br /><br />Munculnya efek psikologis bagi seseorang yang berjerawat adalah fakta bahwa dengan adanya jerawat wajah menjadi tidak lagi mulus dan cantik. Bahkan tidak jarang jerawat akan mininggalkan bekas yang tidak bisa hilang seumur hidup. Efek paling berpengaruh dari bekas jerawat atau timbulnya jerawat ini adalah efek kejiwaan seperti seseorang yang tadinya tidak berjerawat ketika mengalami pertama kali ia menjadi susah dan depresi. Kepercayaan diri pun menjadi berkurang karenanya.<br /><br />Tulisan berikutnya mengulas mengenai penyebab-penyebab jerawat secara lebih lengkap. Seperti Stress, Keturunan atau bahkan karena pemakaian alat Kontrasepsi alias KB.Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-38904449665070018622008-07-30T20:54:00.000-07:002008-07-30T21:56:04.450-07:00HIPERTENSI<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvkgHyQd8H6g3BfjOQGmYcyYMIbPggIgMVAReKw4FXYmbZjtwu7ice2XdrDN3F9PatmN0yCDnnK_BkqDgEpE1i4Ha3MTs-5AvhstybYxHwBFZLuJ9d5HqiTKzy5M7jiGWmLrM3d0t0MoQ/s1600-h/H"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvkgHyQd8H6g3BfjOQGmYcyYMIbPggIgMVAReKw4FXYmbZjtwu7ice2XdrDN3F9PatmN0yCDnnK_BkqDgEpE1i4Ha3MTs-5AvhstybYxHwBFZLuJ9d5HqiTKzy5M7jiGWmLrM3d0t0MoQ/s400/H" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229021975580694162" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirErDq1cJl5iHh6mEzmzJjE7TOMKZ-AjO7-r2Fi9USCr8Qn-IzgmF71Wxq1qSMNlQWsMHmMKgLJmiWzKA8kBkFSBt0aTIv3-59mL2xDxpRozkR-KwTXTGbADPfeHTKRXUtCmkhJLdzUbw/s1600-h/HF"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirErDq1cJl5iHh6mEzmzJjE7TOMKZ-AjO7-r2Fi9USCr8Qn-IzgmF71Wxq1qSMNlQWsMHmMKgLJmiWzKA8kBkFSBt0aTIv3-59mL2xDxpRozkR-KwTXTGbADPfeHTKRXUtCmkhJLdzUbw/s400/HF" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229021976134413362" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSGm2K95Hn-hgXhtTyiHObrVbd0WTwjdfIi5fqRdDeoBVFT82h1nwkN_XJho6cjEzfB6h5bdpVkkQZsWFCY1wv7IxbCCZM_OjcNbk6p67Ms43ihuky9AJQS7NObafPOeRQhSG9SbVDQ7o/s1600-h/HFF"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSGm2K95Hn-hgXhtTyiHObrVbd0WTwjdfIi5fqRdDeoBVFT82h1nwkN_XJho6cjEzfB6h5bdpVkkQZsWFCY1wv7IxbCCZM_OjcNbk6p67Ms43ihuky9AJQS7NObafPOeRQhSG9SbVDQ7o/s400/HFF" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229021981905326210" /></a><br />Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah kondisi medis saat seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan risiko kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).<br /><br />Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Padahal bila terjadi hipertensi terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik. Siapapun bisa menderita hipertensi, dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-ekonomi. <br /><br />Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah bila tekanan darah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHG dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tersebut dikategorikan sebagai normal-tinggi (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa di atas 18 tahun).<br /><br />Hipertensi, menurut penyebabnya, dibagi menjadi 2 golongan yaitu :<br /><br />1. Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya, sekitar 90% penderita hipertensi adalah hipertensi primer.<br />2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain. <br /><br />Faktor pemicu terjadinya Hipertensi<br /><br />* Faktor Keturunan<br />Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran memicu hipertensi. <br /><br />* <br />Faktor Lingkungan<br />Faktor lingkungan seperti stres, kegemukan (obesitas) dan kurang olahraga juga berpengaruh memicu hipertensi esensial. Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. <br /><br />* Kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. <br /><br />Gejala Klinis Hipertensi:<br />Pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan (jarang), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang <br /><br />Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu :<br /><br />Pengobatan non obat (non farmakologis)<br />Pengobatan non farmakologis dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau setidaknya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat antihipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang optimal.<br /><br />* Mengatasi obesitas / menurunkan kelebihan berat badan.<br /><br />* Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.<br /><br />* Ciptakan keadaan relaks.<br /><br />* Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.<br /><br />* Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.<br /><br />* Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.<br /><br />Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)<br />Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan kemungkinan seumur hidup<br /><br />* Diuretik<br />Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.<br /><br />* Simpatetik<br />Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis.<br /><br />* Betabloker<br />Mekanisme kerja antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contohnya Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.<br /><br />* Vasodilator<br />Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. <br /><br />Ingat!<br /><br />1. Menerapkan gaya hidup sehat seperti; tinggalkan kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol dan upayakan olahraga secara rutin. Sebaiknya lakukan olahraga isotonik seperti jalan kaki, joging atau berenang karena olahraga isotonik mampu menyusutkan hormon noradrenalin dan hormon-hormon lain penyebab menciutnya pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan naiknya tekanan darah. Hindari olahraga isometrik, seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan tekanan darah.<br />2. Bila diduga Anda atau keluarga mengidap hipertensi, konsultasikan keluhan penderita ke dokter dengan membawa data-data riwayat hipertensi orang tua, penyakit lain yang diderita, pengobatan yang sedang dijalani agar dokter bisa memberikan jenis obat hipertensi yang tepat sehingga didapat daya pengobatan yang maksimal dan efek samping yang sekecil mungkin.<br />3. Perhatikan jenis makanan yang dikonsumsi, yaitu:<br />Batasi garam dan jangan mengkonsumsi makanan asin terutama makanan mengandung garam natrium. Di antaranya makanan olahan (corned beef, ikan kalengan, lauk/sayur instant), saus botolan (saus cabai, saus tomat, kecap), makanan instan (mi, lauk instan), cake dan kue kering yang dibubuhi soda kue/baking powder seperti biskuit.<br />4. Santap buah segar 20-30 menit sebelum makan. Kunyah buah secara perlahan. Buah banyak mengandung air, serat dan senyawa antioksidan betakaroten, likopen, klorofil, vitamin C, yang mampu meredam kenaikan tekanan darah.<br />5. Jangan lupakan tempe! Enzim protease yang dihasilkan ragi selama fermentasi kedelai akan menguraikan protein kedelai menjadi asam-asam amino. Sebagian dari asam-asam amino tersebut (5-10 asam amino) bekerja sama menghambat kerja angiotensin-1 covertting enzyme (ACE), sumber pemicu naiknya tekanan darah.<br />6. Hindari obesitas. Jika Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 25 menandakan kita kelebihan berat badan. Jika sudah melebihi 30,<br />kita kegemukan, Untuk menghitung IMT: bagi berat badan (kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (meter). Contoh: tinggi 170 cm, berat 72 kg, maka IMT= 72:(1,70)2 = 25.Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-48386265043792996192008-07-30T20:45:00.000-07:002008-07-30T21:33:06.811-07:00TUMOR<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLqzYSsarKbnsxkxCD04fXkwjI15l-R4KVoOXwQ5e_VNuMVS4D4Oc-6IFxEHSplEvI2-qtjtZCejTJoRX3Bvqx5yAiEvfgc919MvGgnWeEFbODxDnB2to9kgz_Ol4YK6BQDvjTuexNooU/s1600-h/TI"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLqzYSsarKbnsxkxCD04fXkwjI15l-R4KVoOXwQ5e_VNuMVS4D4Oc-6IFxEHSplEvI2-qtjtZCejTJoRX3Bvqx5yAiEvfgc919MvGgnWeEFbODxDnB2to9kgz_Ol4YK6BQDvjTuexNooU/s400/TI" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229019814021657682" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9FmhBCpdyAVaaTZ2sQGaioU2LCD5A1tC_Fn8SZ80koqq3Zpo3632zUHi2-92_SbjYMRKn5l0-uG9dxy3EzXRJ2abCbTb3zLUW1dzNljht0j2uYR_w5fY6N39k3Oa7xRgOH93R6gkI2Jk/s1600-h/T"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9FmhBCpdyAVaaTZ2sQGaioU2LCD5A1tC_Fn8SZ80koqq3Zpo3632zUHi2-92_SbjYMRKn5l0-uG9dxy3EzXRJ2abCbTb3zLUW1dzNljht0j2uYR_w5fY6N39k3Oa7xRgOH93R6gkI2Jk/s400/T" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229019817723202818" /></a><br />PENGERTIAN<br />1. Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat.<br />2. Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat digerakkan.<br /><br />PENYEBAB GANGGUAN<br />1. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.<br />2. Genetik : payudara<br />3. Faktor-faktor predisposisi :<br />a. Usia : < 30 tahun<br />b. Jenis kelamin<br />c. Geografi<br />d. Pekerjaan<br />e. Hereditas<br />f. Diet<br />g. Stress<br />h. Lesi prekanker<br /><br />TANDA & GEJALA<br />1. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal<br />2. Ada bagian yang menonjol ke permukaan<br />3. Ada penekanan pada jaringan sekitar<br />4. Ada batas yang tegas<br />5. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma )<br />6. Memiliki kapsul dan soliter<br />7. Benjolan dapat digerakkan<br />8. Pertumbuhannya lambat<br />9. Mudah diangkat dengan lokal surgery<br />10. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematianArie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-51643654447119661352008-07-30T20:37:00.000-07:002008-07-30T21:58:16.098-07:00Katarak (Catarac)<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieVl25kGplGZoSdaKNi0YCnCpzEPZa17GzENNVi6HSywLNSrJFXrCfbd-QBiG2t03vndtnZ631-8YteNUP5Mr68tBlLeRN2HKGDambZBHlASViRMFu40wsJuboAMvSc1xNXWc7RpDqM1U/s1600-h/LJ"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieVl25kGplGZoSdaKNi0YCnCpzEPZa17GzENNVi6HSywLNSrJFXrCfbd-QBiG2t03vndtnZ631-8YteNUP5Mr68tBlLeRN2HKGDambZBHlASViRMFu40wsJuboAMvSc1xNXWc7RpDqM1U/s400/LJ" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229018105607650738" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHATg1gz8RQv7urNq_9l426F37wU8u7Af06LlpcgwmuARnWh4ek3pktV7HtMc3c4Cg2HuLm03rs8SkASNHMz1CZOdRgaJjz2J-NenwV5EaDKmdA3QBuxWZ2tMWGCLWUQCAnkVtvxQs1Yg/s1600-h/KJ"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHATg1gz8RQv7urNq_9l426F37wU8u7Af06LlpcgwmuARnWh4ek3pktV7HtMc3c4Cg2HuLm03rs8SkASNHMz1CZOdRgaJjz2J-NenwV5EaDKmdA3QBuxWZ2tMWGCLWUQCAnkVtvxQs1Yg/s400/KJ" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229018105079213490" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh8R6N5ZnmzA3XnaVWd0TeJaY2EbLjM0oLEbor9UL6cHegwqFoI5mkHh5jlmIbbDyY1OiI96zHFw-zAbqW1dId9OFX3UP1lH8csr6lyLwkEDnCrz7vpwk3hudKSrasNkIpy9zn_nJ0IFc/s1600-h/K"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh8R6N5ZnmzA3XnaVWd0TeJaY2EbLjM0oLEbor9UL6cHegwqFoI5mkHh5jlmIbbDyY1OiI96zHFw-zAbqW1dId9OFX3UP1lH8csr6lyLwkEDnCrz7vpwk3hudKSrasNkIpy9zn_nJ0IFc/s400/K" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229018107388343874" /></a><br />A. PENGERTIAN<br />Katarak adalah kekeruhan [opasitas] dari lensa yang tidak dapat menggambarkan obyek dengan jelas di retina.<br /><br />B. PATOFISIOLOGI<br />Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah . penambahan densitas iniakibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di korteks ,serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa.<br />Katarak terbentuk bila masukan 02 berkurang [ vaugan dan asbori,1986], kandungan air berkurang, kandungan kalsium meningkat, protein yang seluble menjadi insoluble[Hewel,1986].<br />Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan kejernihan secara progresif,yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata.<br /><br />C. ETIOLOGI<br />Katarak disebabkan oleh berbagai factor, antara lain;<br />a. trauma<br />b. terpapar substansi toksik<br />c. Penyakit predisposisi<br />d. Genetik dan gangguan perkembangan<br />e. Iinfeksi virus di masa pertumbuhan janin<br />f. Usia<br />Penuaan merupakan penyebab utama dari katarak (95 %) dan 5 % disebsbkan kerusakan congenital, trauma,keracunan atau penyakjit sistemik.<br />Derajat kerusakan yang disebabkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas ( kepadatan) dari kekeruhan selain karena umur ,pekerjaan gaya hidup dan tempat tinggal seseorang.<br /><br />Menurut etiologinya katarak dibagi menjadi :<br />1. katarak seni.le ( 95 %) .<br />katarak ini disebabkan oleh ketuaan (lebih 60 tahun).<br />Menurut catatan The framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia 65 – 74 tahun dan 45 % pada usia 75 – 84 tahun. Beberapa derajat ktarak diduga terjadi pada semua orang pada usia 70 tahun.<br />Ada 4 stadium antara lain :<br />• Katarak insipien : stadium ini kekeruhan lensa sektoral dibatasi oleh bagian lensa yang masih jernih.<br />• Katarak intumesen : kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratip menyerap air.<br />• Katarak matur : katarak yang telah menegani seluruh bagian lensa. Katarak ini dapat diopperasi.<br />• Katarak hepermatur : katarak mengalami proses degenerasi lanjut keluar dari kapsul lensa sehingga lensa mnegecil, berwarna kuning dan keringf sertya terdapat lipatan kapsul lensa (Jounole zin kendor). Jika berlanjut diserrtai kapsul yang tebal menyebabkan kortek yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar sehingga berbentuk seperti sekantong susu dengan nucleus yang terbenam yang disebut katarak Morgageeeni.<br />2. Katarak congenital<br />Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir ( bayi kurang dari 3 bulan).<br />Katarak congenital digolongkan dalam :<br />• Katarak kapsulo lentikuler<br />Merupakan katarak pada kapsul dan kortek.<br />• Katarak lentikuler: merupakan kekeruhan lensa yang tidak mengenai kapsul.<br />Katarak congenital atau trauma yang berlanjut dan terjadi pada anak usia 3 bln sampai 9 tahun katarak juvenil .<br />3. Katarak traumatic : terjadi karena cedera pada mata, seperti trauma tajam/trauma tumpul, adanya benda asing pada intra okuler,X Rays yang berlebihan atau bahan radio aktif. Waktu untuk perkembangan katarak traumatic dapat bervariasi dari jam sampai tahun.<br />4. Katarak toksik : Setelah terpapar bahan kimia atau substansi tertentu ( korticostirot,Klorpromasin/torasin,miotik,agen untuk pengobatan glaucoma).<br />5. Katarak asosiasi : penyakit sistemik seperti DM, Hipoparatiroid,Downs sindrom dan dermatitis atopic dapat menjadi predisposisi bagi individu untuk perkembangan katarak.<br />Pada penyakit DM, kelebihan glukosa pada lensa secara kimia dapat mengurangi alcoholnya yang disebut L-Sorbitol. Kapsul lensa impermiabel terhadap gula,alcohol dan melindungi dari pelepasan. Dalam usaha untuk mengenbalikan pada tingkat osmolaritas yang normal lensa diletakan pada air (newell, 1986).<br />6. Katarak komplikata : Katarak ini dapat juga terjadi akibat penyakit mata lain (kelainan okuler). Penyakit intra okuler tersebut termasuk retinitis pigmentosa, glaucoma dan retina detachement. Katarak ini biasanya unilateral.<br />D. INSIDEN<br />Diperkirakan 5-10 juta indifidu mengalami kerusakan penglihatan akibat katarak setiap tahun (newell, 1986). Di USA sendiri 300. 000 – 400.000 ekstraksi mata tiap tahunnya. Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua.<br /><br />E. PENCEGAHAN<br />Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering terjadi. Penggunaan tindakan keselamatan ditempat kerja dapat mengurangi insiden terjadinya katarak traumatic yang disebabkan oleh radiasi, panas, paparan x-ray. Penggunaan pelindung mata ketika memotong rumput, membersihkan semak dan kandang, bekerja dengan logam atau berpartisipasi dalam olah raga dapat menurunkan insiden terjadinya katarak traumatic dengan pencegahan terhadap cedera, perawatan secara teratur pada DM, hipoparatiroid, dan edermatitis atopik dapat mengurangi insiden terjadinya katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik ini.Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-32546254658984450652008-07-30T20:32:00.000-07:002008-07-30T21:32:21.570-07:00KANKER KULIT<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHBGeAw_NbRUWYo1qv9y5_eE1LjEkKCdQ7reCb0A_n-Dx0dEb1MZWfKMuiYbZ9woRz3ffJi6262KLv7amF_ZwmzBwZtYZJUkphhwAAJP2P_VxV2iswRBTQD7EBbbiwxoX3ldqBeuYkS94/s1600-h/LA"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHBGeAw_NbRUWYo1qv9y5_eE1LjEkKCdQ7reCb0A_n-Dx0dEb1MZWfKMuiYbZ9woRz3ffJi6262KLv7amF_ZwmzBwZtYZJUkphhwAAJP2P_VxV2iswRBTQD7EBbbiwxoX3ldqBeuYkS94/s400/LA" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229016462943258786" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip61Hcp7n9gj6m0EDUhGXykJHQZ9iKT5L3LghsJnLvnb-igQjlqv4t_43LosC1QnZFm1RQhDD63NqnH0lLj_tEILZWZ-okGKKTspJ8_HZN8PmNphsSQU2w5dqdN2bNUVQ8imHXFUILN9U/s1600-h/LAL"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip61Hcp7n9gj6m0EDUhGXykJHQZ9iKT5L3LghsJnLvnb-igQjlqv4t_43LosC1QnZFm1RQhDD63NqnH0lLj_tEILZWZ-okGKKTspJ8_HZN8PmNphsSQU2w5dqdN2bNUVQ8imHXFUILN9U/s400/LAL" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229016463594539634" /></a><br />Kanker kulit ialah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-macam sesuai dengan jenis sel yang terkena. Akan tetapi yang paling sering terdapat adalah karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna (MM). KSB dan KSS seringkali digolongkan ke dalam kanker kulit non melanoma (KKNM).<br /><br />Anatomi Kulit<br />Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang terdiri atas lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis terdiri atas beberapa lapis lagi. Paling atas adalah lapisan tanduk (stratum korneum). Berturut-turut di bawahnya stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (terdiri atas sel keratinosit dan melanosit). Adapun lapisan dermis mempunyai dua bagian yaitu pars papilare dan pars retikulare. Lapisan kulit paling bawah adalah subskutis yang dibentuk oleh jaringan lemak. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.<br /><br />Selain lapisan-lapisan di atas, kulit juga terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Semuanya itu disebut adneksa kulit. Kelenjar kulit terletak di lapisan dermis yang terdiri atas kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar palit (glandula sebasea). Rambut terdiri atas bagian yang berada di bawah kulit (akar rambut) dan yang di atas kulit (batang rambut). Sedangkan kuku merupakan penebalan lapisan tanduk di ujung-ujung jari tangan dan kaki.<br /><br />Setiap sel/komponen di atas mampu berubah menjadi ganas (kanker). KSB berasal dari sel pluripotensial, KSS dari sel keratinosit dan MM merupakan perubahan ganas sel melanosit di lapisan epidermis.<br /><br />Faktor penyebap<br />Penelitian terdahulu menemukan, bahwa beberapa bahan kimia dapat menyebabkan kanker kulit. Di antaranya ialah ter (batubara) arsen (yang terdapat pada insektisida/pestisida), nitrogen mustard dan lain-lain.<br /><br />Penelitian-penelitian sesudah itu menyatakan bahwa sinar matahari merupakan factor utama yang menyebabkan keganasan kulit. Bagian sinar matahari yang diduga sebagai karsinogesnesis tersebut adalah sinar ultraviolet B (UVB). Lapisan ozon yang berada di atas bumi, dianggap merupakan penahan sinar UVB sampai ke bumi. Dengan meningkatnya pemakaian bahan-bahan kimia tertentu, akan menyebabkan lapisa ozon tersebut pecah, sehingga mengakibatkan pancaran sinar UVB langsung mengenai bumi. Hal ini akan meningkatkan insidens kanker kulit. <br /><br />Selain sinar matahari tersebut, sinar pengion yang dipakai untuk pengobatan(radiasi/radioterapi) juga dapat menimbulkan kanker kulit.<br /><br />Akhir-akhir ini, ditemukan virus-virus yang dapat menyebabkan kanker kulit. Diantaranya adalah human papilloma virus (HPV) dan human immunodeficiency virus (HIV)<br />Bahan kimia, sinar matahari maupun sinar pengionbersama-sama dengan virus merupakan faktor penyebab dari luar tubuh. Di samping factor dari luar terdapat juga factor penyebab dari dalam yaitu materi genetic tubuh sendiri (gen). Daya tahan tubuh juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan kanker. Yang menarik adalah bahwa ras kaukasia ternyata lebih banyak menderita kanker kulit bila terkena sinar matahari dibandingkan dengan kulit berwarna. <br />Sehingga diduga bahwa faktor ras juga memegang peranan.<br /><br /><br />Tumor jinak, Prakanker dan Genodermatosis<br />Terdapat dua jenis tumor. Tumor jinak (tahi lalat, kista dll) dan tumor ganas (kanker). Di antaranya ada keadaan yang disebut prakanker, yaitu penyakit kulit yangdapat berubah menjadi ganas (kanker kulit). Misalnya kemerahan karena terkena arsen/matahari, jaringan parut menahun, beberapa jenis benjolan yang memebesar perlahan, penyakit kulit karena penyinaran, beberapa jenis tahi lalat, bercak keputihan di rongga mulut/lidah dan kemaluan, tahi lalat besar yang ada sejak lahir dan lain-lain.<br /><br />Disamping itu terdapat juga keadaan yang disebut genodermatosis, yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh karena kelainan gen yang dihubungkan dengan keganasan. Contohnya penyakit xeroderma pigmentosum. Keadaan-keadaan tersebut di atas ada kaitannya dengan kanker kulit.<br /><br />Karsinoma sel basal<br />Sinonim : basiloma, epitelioma sel basal dan ulkus rodens. Merupakan kanker kulit yang paling sering terdapat. Dianggap berasal dari sel-sel pluripotensial (sel yang dapat berubah menjadi sel-sel lain). Teori yang lebih baru menduga bahwa sel tersebut berada di bagian adneksa kulit. <br /><br />Kelainan umumnya terdapat di daerah yang terpajan sinar matahari. Tumbuh lambat, bersifat destruktif local dan jaringan menyebar ke bagian tubuh lain.<br /><br />Sinar ultraviolet diduga merupakan penyebab. Selain itu jaringan parut, trauma , luka bakar, sinar X maupun bahan kimia juga dapat menimbulkan KSB.<br /><br />Bermacam-macam bentuk dapat ditemukan. Di antaranya, benjolan yang agak berkilat, kemerahan dengan pinggir meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan seperti jaringan parut dan lecet/lika yang tidak sembuh-sembuh. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaaan klinis dan histopatologis dengan melakukan biopsy (pengambilan kelainan kulitnya (kanker) sedikit dan dilihat di bawah mikroskop)<br /><br />Apabila diagnosis telah ditegakkan, dilakukan pengobatan. Terdapat bermacam-macam cara pengobatan. Tindakan yang paling utama adalah bedah pisau. Cara pengobatan yang lain adalah dengan penyinaran. Selain itu dapat dilakukan tindakan bedah beku, bedah listrik, laser, fotodinamik serta dengan obat-obatan baik yang dioleskan maupun disuntikkan (kemoterapi).<br /><br /><br />Karsinoma sel skuamosa<br />Sinonim : Epitel sel skuamosa (Prickle), karsinoma sel prickle dan karsinoma epidermoid.<br />KSS adalah keganasan sel keratinosit epidermis, dan mempunyai kemampuan menyebar ke bagian tubuh yang lain. merupakan kanker kulit ke dua tersering. biasanya menyerang orang kulit putih yang berada di daerah tropik. laki-laki lebih banyak dari wanita, dan umumnya mengenai orang tua.<br /><br />Seperti KSB, sinar matahari merupakan salah satu penyebab. selain itu, keadaan daya tahan tubuh yang menurun (lemah), virus, bahan-bahan kimia dan jaringan parut juga dapat menimbulkan penyekit ini.Biasanya penderita KSS, mempunyai kelainan berupa benjolan-benjolan atau luka yang tidak sembuh-sembuh. Setelah diagnosa ditegakkan dengan melihat gambaran klinis dan pemeriksaan histopatologis, KSS diobati dengan tindakan bedah pisau. Bila tidak mungkin, dilakukan tindakan lain yang hampir sama dengan tindakan KSB, misalnya penyinaran, bedah beku, bedah listrik, laser, fotodinamik maupun dengan obat-obatan (kemoterapi).Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-36052865060701685712008-07-30T20:18:00.000-07:002008-07-30T21:55:38.456-07:00MALARIA<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_lWVddiAq0XuaQC8Mt8J01xjgkgvSH2WMGmbebN_SX7RyPIGtS_NAaEq69U2S803gqTbDUb4SjTDYXvs4FMCtaU6Him5aZjjNqij92QTXKiXB7eo27A_n8mKe-GuMjN0aFSMlv0ios0M/s1600-h/images"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_lWVddiAq0XuaQC8Mt8J01xjgkgvSH2WMGmbebN_SX7RyPIGtS_NAaEq69U2S803gqTbDUb4SjTDYXvs4FMCtaU6Him5aZjjNqij92QTXKiXB7eo27A_n8mKe-GuMjN0aFSMlv0ios0M/s400/images" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229014673875620306" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHskS6Iu74mYCZlM6fpxDLnHGxDzl1LtpRD_dHDY7IJSFK-9i5OAbC5BtnVXuXA6D7RtB7uGPV6UIk1C9NaxY-uh5U-yAvCqAw6EXQ4oOT5tEzs0QqNpg2sIvoQtyAxS0f9mqevwZn8_E/s1600-h/imagesA"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHskS6Iu74mYCZlM6fpxDLnHGxDzl1LtpRD_dHDY7IJSFK-9i5OAbC5BtnVXuXA6D7RtB7uGPV6UIk1C9NaxY-uh5U-yAvCqAw6EXQ4oOT5tEzs0QqNpg2sIvoQtyAxS0f9mqevwZn8_E/s400/imagesA" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229014675796177442" /></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7sovpJy36Qj5NcsHX5BjHB6GOpaqBAkDvdnkfeit9tYwDNL_pLWrnRTzA3jKAGnRX6aFi6Rw1pZ0Vsj31st6En1NpIkOLBtmP2Bh9MBj2e3nJoMtxt_uq6qNQkm1-OfIzR8UUjSAsOWg/s1600-h/images"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7sovpJy36Qj5NcsHX5BjHB6GOpaqBAkDvdnkfeit9tYwDNL_pLWrnRTzA3jKAGnRX6aFi6Rw1pZ0Vsj31st6En1NpIkOLBtmP2Bh9MBj2e3nJoMtxt_uq6qNQkm1-OfIzR8UUjSAsOWg/s400/images" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229013714618555714" /></a><br /><br />Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium, yang dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-sel darah merah. Plasmodium yang menyebarkan penyakit malaria berasal dari spesies Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlesi.<br />Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Anopheles, terutamanya Anopheles sundaicus di Asia dan Anopheles gambiae di Afrika. Malaria adalah sejenis penyakit menular yang dalam manusia sekitar 350-500 juta orang terinfeksi dan lebih dari 1 juta kematian setiap tahun, terutama di daerah tropis dan di Afrika di bawah gurun Sahara.<br /><br />B.Jenis Plasmodium<br />Ada empat jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu sebagai berikut :<br />- Plasmodium Vivax, menyebabkan malaria vivax yang disebut pula sebagai malaria tertiana. <br />- Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria falciparum yang dapat pula disebut sebagai malaria tersiana.<br />- Plasmodium malariae, menyebabkan malaria malariaeatau malaria kuartana karena serangan demam berulang pada tiap hari keempat.<br />- Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale dengan gejala mirip malari vivax. Malaria ini merupakan jenis ringan dan dapat sembuh sendiri<br /><br />Gb1 dari kiri ke kanan:P. Vivax,P.Falciparum,P.Malariae,P.Ovale<br /><br />C.Proses Kehidupan Plasmodium<br />Sebagaimana makhluk hidup lainnya, plasmodium juga melakukan proses kehidupan yang meliputi: Pertama, metabolisme (pertukaran zat). Untuk proses hidupnya, plasmodium mengambil oksigen dan zat makanan dari haemoglobin sel darah merah. Dari proses metabolisme meninggalkan sisa berupa pigmen yang terdapat dalam sitoplasma. Keberadaan pigmen ini bisa dijadikan salah satu indikator dalam identifikasi.<br />Kedua, pertumbuhan. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ini adalah perubahan morfologi yang meliputi perubahan bentuk, ukuran, warna, dan sifat dari bagian-bagian sel. Perubahan ini mengakibatkan sifat morfologi dari suatu stadium parasit pada berbagai spesies, menjadi bervariasi.Setiap proses membutuhkan waktu, sehingga morfologi stadium parasit yang ada pada sediaan darah dipengaruhi waktu dilakukan pengambilan darah. Ini berkaitan dengan jam siklus perkembangan stadium parasit. Akibatnya tidak ada gambar morfologi parasit yang sama pada lapang pandang atau sediaan darah yang berbeda.<br />Ketiga, pergerakan. Plasmodium bergerak dengan cara menyebarkan sitoplasmanya yang berbentuk kaki-kaki palsu (pseudopodia). Pada Plasmodium vivax, penyebaran sitoplasma ini lebih jelas terlihat yang berupa kepingan-kepingan sitoplasma. Bentuk penyebaran ini dikenal sebagai bentuk sitoplasma amuboit (tanpa bentuk).<br />Keempat, berkembang biak. Berkembang biak artinya berubah dari satu atau sepasang sel menjadi beberapa sel baru. Ada dua macam perkembangbiakan sel pada plasmodium, yaitu:<br />d. Pembiakan seksual. Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh nyamuk melalui proses sporogoni. <br />Bila mikrogametosit (sel jantan) dan makrogametosit (sel betina) terhisap vektor bersama darah penderita, maka proses perkawinan antara kedua sel kelamin itu akan terjadi. Dari proses ini akan terbentuk zigot yang kemudian akan berubah menjadi ookinet dan selanjutnya menjadi ookista. Terakhir ookista pecah dan membentuk sporozoit yang tinggal dalam kelenjar ludah vektor.<br />Perubahan dari mikrogametosit dan makrogametosit sampai menjadi sporozoit di dalam kelenjar ludah vektor disebut masa tunas ekstrinsik atau siklus sporogoni. Jumlah sporokista pada setiap ookista dan lamanya siklus sporogoni, pada masing-masing spesies plasmodium adalah berbeda, yaitu: Plasmodium vivax: jumlah sporozoit dalam ookista adalah 30-40 butir dan siklus sporogoni selama 8-9 hari. Plasmodium falsiparum: jumlah sporozoit dalam ookista adalah 10-12 butir dan siklus sporogoni selama 10 hari. Plasmodium malariae: jumlah sporozoit dalam ookista adalah 6-8 butir dan siklus sporogoni selama 26-28 hari.<br />2. Pembiakan aseksual. Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh manusia melalui proses sizogoni yang terjadi melalui proses pembelahan sel secara ganda. Inti troposoit dewasa membelah menjadi 2, 4, 8, dan seterusnya sampai batas tertentu tergantung pada spesies plasmodium. Bila pembelahan inti telah selesai, sitoplasma sel induk dibagi-bagi kepada setiap inti dan terjadilah sel baru yang disebut merozoit.<br />Kelima, reaksi terhadap rangsangan. Plasmodium memberikan reaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar, ini sebagai upaya plasmodium untuk mempertahankan diri seandainya rangsangan itu berupa ancaman terhadap dirinya. Misalnya, plasmodium bisa membentuk sistem kekebalan (resistensi) terhadap obat anti malaria yang digunakan penderita. <br />Dengan adanya proses-proses pertumbuhan dan pembiakan aseksual di dalam sel darah merah manusia, maka dikenal ada tiga tingkatan (stadium) plasmodium yaitu:<br />a. Stadium tropozoit, plasmodium ada dalam proses pertumbuhan.<br />b. Stadium sizon, plasmodium ada dalam proses pembiakan. <br />c. Stadium gametosit, plasmodium ada dalam proses pembentukan sel kelamin.<br />Oleh karena dalam setiap stadium terjadi proses, maka dampaknya bagi morfologi parasit juga akan mengalami perubahan. Dengan demikian, dalam stadium-stadium itu sendiri terdapat tingkatan umur yaitu: tropozoit muda, tropozoit setengah dewasa, dan tropozoit dewasa. Sizon muda, sizon tua, dan sizon matang. Gametosit muda, gametosit tua, dan gametosit matang.<br />Untuk sizon berproses berawal dari sizon dewasa pecah menjadi merozoit-merozoit dan bertebaran dalam plasma darah. Merozoit kemudian menginvasi sel darah merah yang kemudian tumbuh menjadi troposoit muda berbentuk cincin atau ring form. Ring form tumbuh menjadi troposoit setengah dewasa, lalu menjadi troposoit dewasa. Selanjutnya berubah menjadi sizon muda dan sizon dewasa. Pada saat menjadi merozoit-merozoit, sizon dewasa mengalami sporulasi yaitu pecah menjadi merozoit-merozoit baru.<br />Di sini dapat dikatakan, proses dari sizon dewasa untuk kembali ke sizon lagi, disebut satu siklus. Lamanya siklus ini dan banyaknya merozoit dari satu sizon dewasa, tidak sama untuk tiap spesies plasmodium. Pada plasmodium falsiparum: jumlah merozoit di dalam satu sel sizon dewasa sebanyak 32 dan lama siklusnya 24 jam. Artinya reproduksi tinggi dan cepat sehingga kepadatan troposoit pada darah sangat tinggi.<br />Plasmodium vivax: jumlah merozoit di dalam satu sel sizon dewasa sebanyak 16 dan lama siklusnya 48 jam. Artinya reproduksi rendah dan lebih lambat, sehingga kepadatan troposoit pada darah sering rendah. Plasmodium malariae: jumlah merozoit di dalam satu sel sizon dewasa sebanyak delapan dan lama siklusnya 72 jam. Artinya reproduksi lebih rendah dan lebih lambat. Ini mungkin yang menjadi penyebab jarangnya spesies ini ditemukan. <br />Akhirnya, karena perbedaan proses perkembangan, maka masa tunas atau pre paten atau masa inkubasi plasmodium di dalam tubuh manusia (intrinsik) masing-masing spesies lamanya berbeda. Plasmodium falsiparum selama 9-14 hari, Plasmodium vivax selama 12-17 hari, dan Plasmodium malariae 18 hari.<br /><br />D.Siklus Hidup Plasmodium pada Tubuh Manusia<br /><br />Ketika nyamuk anopheles betina (yang mengandung parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit/kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua/matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit.<br />Sebagian besar Merozoit masuk kemabli ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium sporogoni).<br />Didalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk dan siap untuk ditularkan ke manusia.<br />Khusus Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan) sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan tetapi tertanam di jaringan hati –disebut hipnosit-. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1 – 2 tahun sebelumnya pernah menderita Plasmodium vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, bila kemudia mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan muncul kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit oleh nyamuk anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati SD positif Plasmodium vivax/ plasmodium ovale.<br />Pada Plasmodium falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut berada di dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20-50% hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat terjadi sekuel.<br /><br />E. Jenis Malaria<br />Penyakit ini memiliki empat jenis dan disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah:<br />- Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan Plasmodium vivax dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi).<br />- Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan kematian.<br />- Malaria kuartana yang disebabkan Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.<br />- Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat.<br /><br />F. Gejala Malaria<br />Gejala serangan malaria pada penderita yaitu:<br />e. Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria atau yang belum mempunyai kekebalan (immunitas); atau yang pertama kali menderita malaria. Gejala ini merupakan suatu parokisme, yang terdiri dari tiga stadium berurutan:<br />- menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam eritrosit dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan mengigil-dingin.<br />- demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam dengan suhu badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita hiper parasitemia (lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih dari 40 derajad celcius.<br />- berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali.<br />b. Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria:<br />- Demam<br />- Menggigil<br />- Berkeringat<br />- Dapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala, mual dan muntah.<br />- Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di Timtim), nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa (di Papua), pucat dan menggigil-dingin pada orang dewasa (di Yogyakarta).<br />c. Gejala malaria berat atau komplikasi, yaitu gejala malaria klinis ringan diatas dengan disertai salah satu gejala di bawah ini:<br />- Gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit)<br />- Kejang, beberapa kali kejang<br />- Panas tinggi diikuti gangguan kesadaran<br />- Mata kuning dan tubuh kuning<br />- Perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan<br />- Jumlah kencing kurang (oliguri)<br />- Warna urine seperti I tua<br />- Kelemahan umum (tidak bisa duduk/berdiri)<br />- Nafas sesak<br />d. Kadar darah putih, leukosit, cenderung meningkat. Jika tidak segera diobati biasanya akan timbul jaundice ringan (sakit kuning) serta pembesaran hati dan limpa.<br />e. Kadar gula darah rendah.<br />f. Jika sejumlah parasit menetap di dalam darah kadang malaria bersifat menetap. Menyebabkan penurunan nafsu makan, rasa pahit pada lidah, lemah, sertai demam. <br /><br />Gejala malaria berdasarkan jenis malaria antara lain:<br />a. Gejala Malaria Vivax & Ovale<br />Gejala yang terlihat sangat samar; berupa demam ringan yang tidak menetap, keringat dingin, dan berlangsung selama 1 minggu membentuk pola yang khas. Biasanya demam akan terjadi antara 1 – 8 jam. Setelah demam reda, pengidap malaria ini merasa sehat sampai gejala susulan kembali terjadi. Gejala jenis malaria ini cenderung terjadi setiap 48 jam.<br />b. Gejala Malaria Falciparum <br />Gejala awal adalah demam tinggi, suhu tubuh naik secara bertahap kemudian tiba-tiba turun. Serangan bisa berlangsung selama 20 – 36 jam, dan penderita mengalami sakit kepala hebat. Setelah gejala utama mereda, pengidap akan merasa tidak nyaman.<br />d. Gejala Malaria Malariae (kuartana)<br />Suatu serangan seringkali dimulai secara samar-samar. Serangannya menyerupai malaria vivax, dengan selang waktu setiap 72 jam.<br /><br />G. Diagnosa Penyakit Malaria<br />Tes diagnostik cepat (RDTs) digunakan untuk mendiagnosa penyakit malaria. Test ini berdasar pada pendeteksian antigen parasit malaria di dalam darah, dengan menggunakan metoda immunochromatographic. Paling sering mereka menggunakan dipstick atau test strip yang untuk pengujian monoclonal antidibodies yang secara langsung menyerang target antigens dari parasit tersebut. Test dapat dilakukan sekitar 15 menit. Beberapa kotak test sekarang ini banyak tersedia di pasaran. Bidang ilmu ini sedang dikembangkan dengan cepat, dan peningkatan teknis secara terus menerus dapat meningkatkan kemampuan RDTs untuk menegakkan diagnosa malaria. <br />Antigens yang Ditargetkan Sekarang Disediakan oleh RDTs :<br />Ø Histidine-rich protein II (HRP-II) adalah suatu protein yang dapat larut dalam air yang diproduksi oleh trophozoites dan muda (tetapi belum matang) gametocytes P. falcipatarum. Kotak yang tersedia dipasaran sekarang ini hanya tersedia untuk mendeteksi HRP-ll yang berasal dari P. falciparum saja. <br /><br />Ø Laktat parasit Dehydrogenase (Pldh) diproduksi oleh asexual dan sexual stages (gametocytes) yang berasal dari parasit malaria. Kotak tes yang sekarang ini tersedia mendeteksi Pldh berasal dari semua empat jenis Plasmodium yang menginfeksi manusia. Mereka dapat membedakan jenis P.falciparum dan jenis yang non-falciparum, tetapi tidak bisa membedakan antara P.vivax, P.ovale dan P. malariae. <br /><br />Ø Antigen(S) yang lain kini hadir dalam semua empat jenis yang juga ditargetkan di dalam kotak yang berkombinasi untuk pendeteksian menyangkut antigen HRP-II dari P.falciparum bersama-sama dengan sesuatu, hingga kini tak bisa ditentukan, antigen “pan-malarial” yang menyangkut jenis lain. <br />Beberapa kotak yang mendeteksi semua empat jenis Plasmodium menyebutkan di dalam merk dagang mereka atau dalam pemasaran mereka hanya dua jenis (“PF/PV”). Ini lebih dapat mendorong kearah kebingungan tentang kemampuan diagnostik mereka. <br /><br />Prosedur Test Umum (Variasi Antar kotak) :<br />Ø Spesimen darah finger-prick dikumpulkan (2-50 ml, tergantung pada kotak), menggunakan berbagai tabung microcapillarv. Beberapa pabrik menyatakan bahwa plasma atau darah anticoagulated dapat juga digunakan. <br />Ø Spesimen darah dicampur (di dalam tabung test terpisah atau tempat yang melengkung, atau pada sample pad) dengan larutan buffer yang berisi campuran haemolysing sama seperti antibody yang spesifik yang berlabel dengan visually detecble marker (seperti emas colloidal). Jika antigen yang sudah diselidiki telah hadir, maka antigen atau antibody yang kompleks telah terbentuk. Dalam beberapa kotak, antibody yang berlabel adalah pre-deposited yang selama pembuatan memakai sample pad atau di dalam tempat yang melengkung dan hanya satu lysing atau washing buffer yang ditambahkan pada darah. <br /><br />Ø Antigen-antibody yang berlabel yang kompleks pindah tempat atas test strip (paling sering nitrocellulose atau serat glass) dengan prinsip kapiler pada bahan reaksi test-specific yang selama pembuatan telah pre-deposited. Ini meliputi (a) satu baris menangkap antibody yang spesifik untuk antigen di bawah penyelidikan (beberapa bentuk digunakan jika beberapa antigens sedang diselidiki) dan (b) sebuah prosedur mengontrol garis, dengan antibody yang akan menangkap antibody yang berlabel. <br />Ø Washing buffer kemudian ditambahkan untuk memindahkan haemoglobin dan permit visualisasi dari semua garis yang berwarna di atas strip. Buffer adalah menambahkan dengan menyimpan secara langsung di atas strip, dengan menempatkannya di dalam tempat yang lengkung dimana yang berpindah tempat itu adalah strip, atau dengan mencuci keseluruhan strip di dalam tabung test. <br />Ø Jika yang berada di bawah penyelidikan adalah darah yang berisi antigen, antigen-antibody yang berlabel yang kompleks akan dihentikan pada garis pre-deposited yang menangkap antibody dan akan dapat ditemukan secara visual. Apakah darah tidak berisi antigen atau tidak, garis pengontrol akan menjadi kelihatan sama seperti antibody yang berlabel ditangkap oleh antibody garis pre-deposited dari antibody yang secara langsung melawannya. (Catatan: desain ini mengakibatkan garis kendali tidak muncul sekalipun tidak ada darah yang bercampur dengan haemolysing buffer) Tes yang lengkap memakan waktu bervariasi dari dari 5 sampai 15 menit. <br /><br />Tes Performance dari RDTs <br />Tes Performance dari RDTs telah ditaksir secara ekstensif di dalam situasi klinis berbeda, kedua-duanya di negara-negara tidak endemik dan endemik. Kegunaan dari penilaian ini telah disepakati sedikit banyaknya variasi di dalam metodologi dan ukuran sample yang biasanya berukuran kecil. Lanjutan penilaian seperti itu akan menjadi diperlukan dengan peningkatan pengenalan teknik atau dalam pengembangan kotak peralatan yang terbaru. <br /><br />RDTs mendeteksi empat jenis Plasmodium yang menginfeksi manusia, tergantung pada antigens yang menjadi dasarnya. Beberapa RDTs hanya mendeteksi P. falciparum dan parasit malaria lainnya di dua bagian yang terpisah. Sampai saat ini, tidak ada RDT yang dipasarkan telah dilaporkan untuk dapat mempercayai pembedaan antara P.vivax, P.ovale dan P.malariae, walaupun begitu riset untuk pengembangan test seperti itu selalu dilanjutkan. <br />Kepekaan dari RDTs yang telah dipelajari untuk P.falciparum, sejak kotak untuk P.falciparum (target banyak diarahkan P.falciparum HRP-II) telah tersedia untuk waktu lebih lama. Tenaga ahli yang dibandingkan dengan mikroskopi (kadang-kadang yang dilengkapi oleh polymerase reaksi berantai), RDTs yang biasanya mencapai suatu kepekaan lebih dari 90% di dalam mendeteksi P.falciparum pada kepadatan di atas 100 parasit per ml darah (9.24 dan dilaporkan pada saat pertemuan). Di bawah tingkatan 100 parasit per ml darah, dengan jelas kepekaan dapat berkurang. <br />Kepekaan RDT untuk jenis yang non-falciparum menjadi lebih sedikit yang dipelajari. Penyelidikan yang diselenggarakan sampai saat ini menunjukkan bahwa kotak Pldh boleh mencapai suatu kepekaan untuk P.vivax yang dapat diperbandingkan dengan P.falciparum. Ini belum termasuk kasus kotak yang menargetkan antigens “pan-malarial” yang berbeda. <br />Ketegasan dari RDTs, diukur dalam penyelidikan yang sama, apakah yang seragam mempunyai hasil yang tinggi (kebanyakan > 90%). Bagaimanapun, hasil positif palsu telah dilaporkan di dalam darah dari pasien dengan faktor rheumatoid, terutama di dalam versi yang lebih awal dari satu kotak HRP-II; masalahnya, mungkin dihubungkan dengan reaksi silang dengan antibody monoclonal yang berlabel, terakhir sudah dilaporkan dengan benar didalam beberapa versi kotak terbaru. Sebagai tambahan, test HRP-II dapat positif tinggal untuk 7-14 hari yang mengikuti kemoterapi di dalam proporsi substansil individu, sungguhpun pasien ini tidak lagi mempunyai gejala atau parasitaernia (seperti ketika ditaksir oleh blood smears). Derajat tingkat kepositifan yang persisten seperti itu kelihatannya tidak ditemui di dalam test yang mengarahkan antigens lain.Nilai-nilai yang bersifat prediksi, kedua-duanya ditemukan hal positif dan hal negatif, tukar menukar parasit merupakan hal yang dianggap biasa dan sering ditemukan untuk menjadi bisa diterima. <br />RDTs yang dilaporkan selalu sama untuk menjadi lebih mudah dilaksanakan dibanding semua teknik diagnostik berkenaan dengan malaria lain, dengan beberapa format RDT yang sedang ditemukan menjadi lebih mudah dioperasikan dibanding dengan yang lain. Kesehatan para pekerja dengan ketrampilan minimal dapat dilatih; terlatih di dalam teknik RDT dalam periode yang bermacam-macam dalam tiga jam selama satu hari. <br />RDTs adalah lebih lebih sederhana untuk dilaksanakan dan untuk diinterpretasikan. Mereka tidak memerlukan pelatihan dengan menggunakan listrik. Peralatan yang spesial atau pelatihan penggunaan mikroskop. Bagi para pekerja kesehatan (dan pekerja kesehatan lainnya seperti sukarelawan) dapat mengajarkan prosedur yang berarti dalam beberapa jam, dengan ketrampilan ingatan yang baik di atas periode satu tahun. <br />RDTs relatif sempurna dalam tes performance dan dalam tukar menukar intrepretasi relatif lebih sedikit antar para pemakai. Lebih dari itu, kebanyakan kotak dapat dikirimkan dan disimpan dalam kondisi yang sesuai dengan lingkungan. <br />Sejak RDTs mendeteksi perputaran antigens, itu dapat mendeteksi infeksi P. falciparum bahkan ketika parasit disita di kompartemen vaskuler dan tidak begitu bisa mendeteksi oleh pengujian mikroskopik dari sekeliling blood smear. Pada wanita-wanita dengan placental malaria (seperti ketika dipertunjukkan oleh placental smears), RDTs sudah mendeteksi putaran HRP-II sungguhpun blood smears hasilnya negatif dari P.falciparum pada plasenta. <br />Sekarang ini sudah tersedia dipasaran RDTs secara yang mengarahkan HRP-II dapat mendeteksi hanya pada P.falciparum. Kotak itu akan mendeteksi hanya sebagian dari kasus di mana ada Plasmodium jenis lain itu merupakan co-endemik. Mereka tidaklah pantas untuk mendiagnosa kasus malaria yang di import dari area di mana P.falciparum bukan jenis lazim. <br />Target RDTs itu HRP-II dari P.falciparum dapat memberi hasil positif untuk sampai dua minggu mengikuti pemeriksaan parasit dan chemotherapi seperti yang telah dikonfirmasikan oleh mikroskopi Alasan untuk antigen ini perlu untuk diperjelas. Menunggu keputusan klarifikasi, RDTs mengarahkan HRP-II mungkin meng-hasilkan keputusan yang membingungkan dalam hubungannya dengan penilaian kegagalan perawatan perlawanan obat atau RDTs yang sekarang jadilah lebih mahal dibanding dengan menggunakan mikroskop (mikroskopi).<br /><br /><br /><br /><br />H. Pengobatan Malaria <br />Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mengurangi kesakitan, mencegah komplikasi dan relaps, serta mengurangi kerugian sosial ekonomi (akibat malaria). Tentunya, obat yang ideal adalah yang memenuhi syarat: <br />-Membunuh semua stadium dan jenis parasit <br />-Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps <br />-Toksisitas dan efek samping sedikit <br />-Mudah cara pemberiannya <br />-Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat <br />Sayangnya, dalam pengobatan didapatkan hambatan operasional dan teknis. Hambatan operasioanal itu adalah:<br />- produksi obat, penggunaan obat-obatan dengan kualitas kurang baik, bahkan obat palsu.<br />- distribusi obat tidak sesuai dengan kebutuhan atas indikasi kasus di puskesmas. <br />- kualitas tenaga kesehatan, pemberian obat tidak sesuai dengan dosis trandar yang telah ditetapkan.<br />- kesadaran penderita, penderita tidak minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan (misal, klorokuin untuk tiga hari, hanya diminum satu hari saja) <br />Sementara itu, hambatan teknisnya adalah gagal obat atau resistensi terhadap obat. Obat yang ideal yaitu:<br />- Membunuh semua stadium dan jenis parasit<br />- Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps<br />- Toksisitas dan efek samping sedikit<br />- Mudah cara pemberiannya<br />- Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat<br />Sedangkan hambatan operasional dalam pengobatan adalah:<br />- produksi obat, penggunaan obat-obatan dengan kualitas kurang baik, bahkan obat palsu.<br />- distribusi obat tidak sesuai dengan kebutuhan atas indikasi kasus di puskesmas.<br />- kualitas tenaga kesehatan, pemberian obat tidak sesuai dengan dosis trandar yang telah ditetapkan.<br />- kesadaran penderita, penderita tidak minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan (misal klorokuin untuk 3 hari, hanya diminum 1 hari saja).<br />Ada beberapa jenis obat yang dikenal umum yang dapat digunakan dalam pengobatan penyakit malaria, antara lain:<br />1. Klorokuin<br />Kerja obat :<br />- sizon darah : sangat efektif terhadap semua jenis parasit malaria dengan menekan gejala klinis dan menyembuhkan secara klinis dan radikal; obat pilihan terhadap serangan akut, demam hilang dalam 24 jam dan parasitemia hilang dalam 48-72 jam; bila penyembuhan lambat dapat dicurigai terjadi resistensi (gagal obat); terhadap Plasmodium falciparum yang resisten klorokuin masih dapat mencegah kematian dan mengurangi penderitaan. <br />gametosit : tidak evektif terhadap gamet dewasa tetapi masih efektif terhadap gamet muda. <br />Farmokodinamika : <br />- menghambat sintesa enzim parasit membentuk DNA dan RDA<br />- obat bersenyawa dengan DNA sehingga proses pembelahan dan pembentukan RNA terganggu. <br />Toksisitas : <br />- Dosis toksis: 1500 mg basa (dewasa) <br />- Dosis lethal: 2000 mg basa (dewasa) atau 1000 mg basa pada anak-anak atau lebih besar / sama dengan 30 mg basa/kg BB. <br />Efek samping : <br />- gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, diare terutama bila perut dalam keadaan kosong <br />- pandangan kabur <br />- sakit kepala, pusing (vertigo) <br />- gangguan pendengaran <br />Formulasi obat: <br />- Tablet (tidak berlapis gula): Klorokuin difosfat 150 mg basa setara dengan 250 mg berntuk garam dan Klorokuin sulfat 150 mg basa setara dengan 204 mg garam. <br />- Ampul: 1 ml berisi 100 ml basa klorokuin disulfat per ampul dan 2 ml berisi 200 ml basa klorokuin disulfat per ampul. <br /><br />2. Primakuin<br />Kerja obat :<br />- sizon jaringan: sangat efektif terhadap p.falciparum dan p.vivax, terhadap p. malariae tidak diketahui.<br />- sizon darah: aktif terhadap p.falciparum dan p.vivax tetapi memerlukan dosis tinggi sehingga perlu hati-hati.<br />- gametosit: sangat efektif terhadap semua spesies parasit.<br />- hipnosoit: dapat memberikan kesembuhan radikal pada p.vivax dan p.ovale.<br />Farmakodinamika : Menghambat proses respirasi mitochondrial parasit (sifat oksidan) sehingga lebih berefek pada parasit stadium jaringan dan hipnosoit <br />Toksisitas :<br />- Dosis toksis 60-240 mg basa (dewasa) atau 1-4 mg/kgBB/hari <br />- Dosis lethal lebih besar 240 mg basa (dewasa) atau 4 mg/kg/BB/hari <br />Efek samping :<br />- Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, anoreksia, sakit perut terutama bila dalam keadaan kosong <br />- Kejang-kejang/gangguan kesadaran <br />- Gangguan sistem haemopoitik <br />- Pada penderita defisiensi G6 PD terjadi Hemolysis <br />Formulasi obat : Tablet tidak berlapis gula, 15 mg basa per tablet.<br /><br /><br />3. Kina<br />Kerja obat :<br />- sizon darah: sangat efektif terhadap penyembuhan secara klinis dan radikal <br />- Gametosit: tidak berefek terhadap semua gamet dewasa P. falciparum dan terhadap spesies lain cukup efektif. <br />Farmakodinamika : Terikat dengan DNA sehingga pembelahan RNA terganggu yang kemudian menghambat sintesa protein parasit.<br />Toksisitas :<br />- dosis toksis: 2-8 gr/hari (dewasa) <br />- dosis lethal: lebih besar dari 8 gr/hari (dewasa) <br />Efek samping : Chinchonisme Syndrom dengan keluhan antara lain pusing, sakit kepala, gangguan pendengaran –telinga berdenging (tinuitis dll), mual dan muntah, tremor dan penglihatan kabur.<br />Formulasi obat:<br />- Tablet (berlapis gula), 200 mg basa per tablet setara 220 mg bentuk garam. <br />- Injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCl 25% berisi 500 mg basa (per 1 cc berisi 250 mg basa) <br /><br />4. Sulfadoksin Pirimetamin (SP)<br />Kerja obat :<br />- sizon darah: sangat efektif terhadap semua p. falciparum dan kuang efektif terhadap parasit lain dan menyembuhkan secara radikal. Efeknya bisa lambat bila dipakai dosis tunggal sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain (Pirimakuin) <br />- Gametosit: tidak efektif terhadap gametosit tetapi pirimetamin dapat mensterilkan gametosit <br />Farmakodinamika :<br />- primetamin, terikat dengan enzym Dihidrofolat reduktase sehingga sintesa asam folat terhambat sehingga pembelahan inti parasit terganggu <br />- SP menghambat PABA ekstraseluler membentuk asam folat merupakan bahan inti sel dan sitoplasma parasit <br />Toksisitas :<br />- sulfadoksin, dosis toksis 4-7gr/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 7 gr/hari (dewasa) <br />- pirimetamin, dosis toksis 100-250 mg/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 250 mg/hari (dewasa) <br />Efek samping :<br />- gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah <br />- pandangan kabur <br />- sakit kepala, pusing (vertigo) <br />- haemolisis, anemia aplastik, trombositopenia pada penderita defisiensi G6PD <br />Kontra indikasi :<br />- idiosinkresi <br />- bayi kurang 1 tahun <br />- Defisiensi G6PD <br />Formulasi obat : 500 mg sulfadoksin ditambah 25 mg pirimetamin. <br /><br />5. Sambiloto<br />Bila sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dipilih sebagai obat alternatif, bagian yang digunakan adalah daunnya. Tanaman ini tumbuh lurus dengan banyak cabang. Tingginya Cuma 50 – 80 cm. Daunnya terbukti tidak beracun dan memiliki sifat antipiretik (menghilangkan demam). Sifat antipiretik inilah yang bisa membantu penderita malaria dalam melawan penyakitnya. Dalam penelitian in vivo (di dalam tubuh makhluk hidup), daun sambiloto memang tidak mematikan P. berghei pada mencit. Namun, mencit yang tertular bisa diperpanjang masa hidupnya karena hati dan limpanya terlindung dari kerusakan. Dengan demikian penggunaan daun sambiloto dapat menunjang penggunaan obat plasmodicide (bersifat menghancurkan plasmodia). Hasilnya, sudah terlihat pada pemberian pertama. Meski begitu, dianjurkan untuk menggunakannya secara terus-menerus. Daun sambiloto bisa digunakan sebagai obat oral tunggal tradisional. Setiap kali hendak menggunakannya diperlukan sekitar setengah genggam daun sambiloto segar. Bahan itu dicuci, direbus dengan tiga gelas minum air bersih hingga tinggal sekitar ¾ bagiannya. Setelah disaring dan ditambahi madu (kalau dirasa perlu), air rebusan sudah siap dijadikan obat tradisional untuk malaria. Dalam sehari penderita dianjurkan meminumnya tiga kali, masing-masing sebanyak ¾ gelas minum.<br /><br />6. Pulai<br />Kalau di dekat rumah tumbuh pohon pulai (Alstonia scholaris R. Br.), ada baiknya tanaman ini yang dipilih. Tinggi pohon ini bisa mencapai 25 m dengan diameter batang 40 – 60 cm. Di Jawa, pulai umumnya ditemukan di daerah berketinggian di bawah 900 m di atas permukaan laut. Bagian tanaman yang digunakan bukan lagi daunnya, tapi kulit pohonnya. Rasa bagian pohon ini pahit dan tak berbau. Menurut Perry, kulit kayu tsb. Baik untuk pengobatan malaria kronis yang disertai pembesaran limpa. Di dalamnya terkandung senyawa alkaloid. Air dari seduhan kulit tanaman ini terbukti tidak beracun. Secara in vitro (di dalam tabung percobaan) terbukti ekstraknya bersifat plasmodicide pada konsentrasi 10 – 100 mikrogram/mikroliter. Apakah alkaloid yang dikandungnya bersifat plasmodicide, belum terbukti. Untuk menggunakannya sebagai obat tradisional malaria, diperlukan kulit batangnya sebesar tiga jari. Kulit itu direbus di dalam tiga gelas minum air bersih hingga tinggal sekitar ½-nya. Setelah disaring dan diberi pemanis berupa gula atau madu, air rebusan tsb. Sudah bisa diminum sebagai obat tradisional. Sekali minum cukup ¾ gelas dan dalam sehari penderita dianjurkan meminumnya tiga kali.<br /><br /><br /><br /><br />7. Johar<br />Tanaman johar (Cassia siamea Lamk.) juga sudah banyak diteliti kemungkinannya sebagai obat malaria. Tanaman ini berupa pohon dan cepat tumbuhnya. Di Jawa, tanaman ini banyak dibudidayakan di daerah dengan ketinggian di bawah 1.000 m di atas permukaan laut. Tingginya bisa mencapai 15 m dengan batang berdiameter 40 – 50 cm. Kayunya termasuk kuat dan awet. Daunnya merupakan bagian yang bisa digunakan sebagai obat malaria. Di dalamnya terdapat alkaloid bersifat racun dan oxymethylanthraquinone. Namun, zat-zat tsb. Belum terbukti bertanggungjawab terhadap khasiatnya sebagai obat malaria.<br />Dalam penelitian diketahui, sampai dosis 100 mg serbuk daun/100 g tikus dalam bentuk infus oral tidak mengurangi jumlah eritrosit (sel darah merah) tertular parasit (plasmodium). Ada kemungkinan perlu dosis lebih besar dan dengan frekuensi lebih sering supaya efek yang diharapkan bisa dicapai. Juga telah dibuktikan bahwa ekstrak daun johar termasuk bahan yang tidak beracun. Secara in vivo ekstrak tersebut tidak bersifat plasmodicide pada P. berghei, tapi memperpanjang masa hidup mencit tertular, lantaran limpa dan hatinya tidak rusak. Daun johar juga memiliki daya imunostimulasi (merangsang produksi zat kekebalan tubuh), bersifat antipiretik yang potensinya seperti asetosal. Infusnya juga bersifat hepatoproteksif (melindungi hati dari kerusakan).<br />Seperti dikutip Heyne, dalam harian Indische dagbladen Juni 1917 disebutkan seorang bernama Wilkens di Surakarta menganjurkan penggunaan daun johar untuk pengobatan malaria. Segenggam daun mudanya direbus dengan enam cangkir air hingga airnya tersisa separuhnya (tiga cangkir). Hasil rebusan ini diminum tiga kali sehari, masing-masing secangkir. Kalau penderita merasa agak baik, dosisnya diturunkan menjadi dua kali sehari, masing-masing secangkir. Setelah kesehatannya normal, dosisnya diturunkan kembali menjadi secangkir dalam sehari.<br />Di masa sekarang, ramuan itu sedikit berubah meskipun prinsipnya sama. Untuk menggunakannya dalam proses pengobatan malaria digunakan ¾ genggam daun johar segar. Semuanya direbus di dalam 3 gelas minum air hingga air rebusannya tersisa ¾-nya. Air rebusan ini diminum 3 kali sehari, masing-masing ¾ gelas minum.<br /><br /><br /><br />8. Bratawali<br />Tanaman lain yang bisa dijadikan sebagai alternatif bahan obat tradisional adalah bratawali (Tinospora crispa Miers.). Tanaman ini tumbuh merambat dengan gemang batang sebesar kelingking orang dewasa. Batangnya dipenuhi benjolan-benjolan kecil.<br />Bagian tanaman yang digunakan untuk pengobatan malaria adalah batangnya. Di dalamnya terkandung alkaloid. Batang ini rasanya sangat pahit, sehingga binatang pun enggan menyentuhnya. Demikian pahitnya hingga kalau air rebusannya dikonsumsi begitu saja dapat menyebabkan muntah-muntah. Meski begitu, rebusan ini telah lama digunakan sebagai obat demam yang sukar diobati. Bahkan, sejak lebih dari setengah abad lampau khasiatnya sebagai obat deman telah diuji oleh dokter-dokter angkatan bersenjata. Mereka berkesimpulan khasiatnya baik pada beberapa kasus demam berselang (mungkin demam sebagai gejala malaria).<br />Serbuk batang bratawali termasuk bahan yang PNT. Infusnya bersifat antipiretik. Sifat inilah yang meringankan penderitaan penderita malaria. Namun, belum diketahui apakah sifat ini disebabkan alkaloid yang dikandungnya atau oleh sebab lain. Yang pasti, dalam penelitian bahan ini tidak menurunkan jumlah eritrosit mencit yang tertular P. berghei.<br />Untuk menjadikannya sebagai obat tunggal tradisional diperlukan ¾ jari batang bratawali segar. Batang itu dipotong-potong seperlunya lalu direbus di dalam 4 ½ gelas minum air hingga tinggal separuhnya. Air rebusan disaring, diberi pemanis gula atau madu secukupnya. Hasilnya siap diminum sebagai obat oral. Tiap hari penderita dianjurkan meminumnya tiga kali, masing-masing ¾ gelas minum.<br /><br />9. Vaksin<br />Kurang memuaskannya hasil penanganan selama ini mengakibatkan para ahli sependapat bahwa harapan untuk memenangkan perang melawan malaria terletak pada ditemukannya vaksin antimalaria. Dari ke empat spesies plasmodium, yang paling banyak menimbulkan kematian adalah P falciparum sehingga prioritas penemuan vaksin ditujukan terhadap spesies ini. Sementara ini telah diteliti empat kemungkinan pendekatan tata kerja vaksin: <br />1. pada stadium pre erythrocyt (sel darah merah), <br />2. pada tingkat blood stage.<br />3. pada transmission blocking.<br />4. kombinasi ketiganya atau multi stage vaccine.<br />Vaksin yang bekerja pada stadium pre erythrocyte di desain untuk mencegah infeksi ke sel darah merah yakni mencegah pelepasan merozoit dari hati. Makanya vaksin tersebut sangat penting peranannya bagi strategi penemuan multi stage vaccine selanjutnya.<br />Sementara vaksin yang bekerja pada blood stage bekerja membatasi multiplikasi parasit di dalam darah. Sehingga mengurangi gejala klinis penyakit, namun tidak dapat mencegah terjadinya infeksi. Kemungkinan mekanisme kerjanya adalah menginduksi antibodi terhadap protein permukaan merozoite, protein dari sel darah merah yang sudah terinfeksi atau menginduksi toksin antimalaria <br />Sedangkan vaksin transmission-blocking vaccinee (TBVs) bertujuan mencegah transmisi parasit dari manusia ke nyamuk dan vaksin jenis ini digabungkan dengan vaksin berbagai tingkat yang lain (liver dan blood stage).<br />Begitu pula vaksin multi stage. Vaksin ini di disain untuk berefek pada semua tingkat pada siklus parasit malaria. Pertama diuji coba pada manusia dengan tipe SPF66 suatu tipe peptide vaksin. Pada awalnya SPF66 memberikan hasil yang menjanjikan, namun dalam percobaan skala besar penelitian fase III hasilnya negatif. Saat ini formula baru vaksin ini sedang dikembangkan serta vaksin multi stage berbasis DNA juga mulai dikembangkan .<br />Untuk mengatasi plasmodium memang diperlukan vaksin kompleks namun ternyata penambahan berbagai elemen justru hasilnya kontra produktif. Penemuan genetic tools yang baru seperti transcriptome dan teknologi analisa proteome diharapkan membuat para ahli dapat lebih memahami biologi dari plasmodium sehingga dapat menolong untuk pengembangan vaksin dan obat antimalaria yang baru.<br />Walau strategi mengatasi malaria belum sepenuhnya berhasil, namun tetap harapannya terletak pada vaksin-vaksin tersebut. Meski sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang memenuhi syarat, bahkan pengembangannya masih banyak tantangan. Para ahli tetap mengupayakan ditemukannya vaksin antimalaria terutama vaksin multi stage.<br /><br />I. Pencegahan Malaria<br />Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Pencegahan tanpa obat, yaitu dengan menghindari gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan cara :<br />1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu berinsektisida.<br />2. Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).<br />3. Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.<br />4. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.<br />5. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.<br />6. Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.<br />7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.<br />8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta genangan air.<br />9. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) pada genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.<br />10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang pantai.<br />Langkah lainnya adalah mengantisipasi dengan meminum obat satu bulan sebelum seseorang melakukan bepergian ke luar daerah tempat tinggalnya yang bebas malaria, sebaiknya mengkonsumsi obat antimalaria, misalnya klorokuin, karena obat ini efektif terhadap semua jenis parasit malaria. Aturan pemakaiannya adalah :<br /> Pendatang sementara ke daerah endemis, dosis klorokuin adalah 300 mg/minggu, 1 minggu sebelum berangkat selama berada di lokasi sampai 4 minggu setelah kembali.<br /> Penduduk daerah endemis dan penduduk baru yang akan menetap tinggal, dosis klorokuin 300 mg/minggu. Obat hanya diminum selama 12 minggu (3 bulan).<br /> Semua penderita demam di daerah endemis diberikan klorokuin dosis tunggal 600 mg jika daerah itu plasmodium falciparum sudah resisten terhadap klorokuin ditambahkan primakuin sebanyak tiga tablet.Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-1426680649143778712008-07-30T20:09:00.000-07:002008-07-30T21:34:53.550-07:00ASMA<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYivUjnB6eb7-_s3EXtyJ6wdwuWco41UR0WpOWlebH0aT45U4eyEUWTlmB7ozRsDoiFS8EmY_QJpzKnXb5llfATUyGjn_GxeaZhSE5GusaKnFRw13LgeYKKfDhvQJBhyphenhyphen_WTKvKSVyicXQ/s1600-h/asthma2.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYivUjnB6eb7-_s3EXtyJ6wdwuWco41UR0WpOWlebH0aT45U4eyEUWTlmB7ozRsDoiFS8EmY_QJpzKnXb5llfATUyGjn_GxeaZhSE5GusaKnFRw13LgeYKKfDhvQJBhyphenhyphen_WTKvKSVyicXQ/s400/asthma2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229010736186084578" /></a><br /><br />Asma merupakan penyakit yang banyak dialami oleh manusia. Walaupun data nasional mengenai jumlah penderita asma belum ada, tapi diperkirakan ada sekitar 10% anak Indonesia menderita asma. Di Negara industri penderita asma berkisar antar 4-4,9% (Warner,87).<br /><br />Pengertian asma<br /><br />Asma berasal dari bahasa .Yunani yaitu sukar bernafas. Bahasa awamnya diistilahkan dengan ‘bengek’ yaitu serangan sesak nafas berbunyi mencuit-cuit, istilah medisnya wheezing dan bahasa jawanya ‘mengi’. Penyakit asma ini ditandai dengan gejala-gejala akibat gangguan dan penyempitan pada saluran nafas terutama pada bronkus atau batang tenggorok. Biasanya asma ini disertai oleh riwayat alergi pada pasien atau keluarga. Saluran nafas pasien penderita asma menjagi hiperaktif yaitu reaksi berlebihan jika terpapar dengan factor pencetus.<br /><br />Gejala asma<br /><br />Beberapa gejala penyakit asma<br />Batuk<br />Nafas cepat<br />Nafas bunyi<br />Sesak nafas, sakit dada dan gelisah<br />Sianosis (kebiruan di sekitar mulut), ini terjadi bila serangan asma cukup berat.<br /><br />Faktor pencetus asma<br />Golongan hisapan, debu rumah dengan tungaunya, asap (rokok, obat nyamuk), kapuk, bulu binatang, kecoa (kotoran dan serpihannya) dan minyak wangi<br />Golongan makanan, makanan yang dapat menjadi pencetus asma antara lain, kacang tanah, coklat, es, tomat, makanan dengan MSG<br />Infeksi saluran nafas contohnya flu<br />Perubahan cuaca<br />Kegiatan jasmani misalnya olahraga<br />Psikis misalnya keadaan stress<br /><br />Penanggulangan<br /><br />- Pencegahan<br /><br />Pencegahan asma adalah dengan menghindari faktor pencetus dan memakai obat asma. Yang belum asma jangan sampai kena asma, yang sudah asma dijaga supaya jangan sering kambuh dan yang sering kambuh dijaga supaya tidak bertambah berat lagi.<br /><br />- Pengobatan<br /><br />Obat asma diperlukan untuk melebarkan saluran pernafasan. Pemberian obat ada yang secara oral (melalui mulut), parenteral (suntikan) dan inhalasi (hirupan). Obat inhalasi efeknya lebih cepat dengan dosis rendah dan efek negatifnya juga rendah. Obat inhalasi ini bisa diberikan dengan dosis rendah karena langsung bekerja pada saluran pernafasan.Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-18788365491866868622008-07-29T08:52:00.000-07:002008-07-30T21:57:21.831-07:00DIABETES MILLITUS / KENCING MANIS<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEz6IanCwjYSkfVLuauY9RUXYe-xph4-tDVLACfXivqnjH0XNyWY5eBK7JUG9tGrTlJNzlALAM6rh98Tec_5vxuetDtRQOG0fNefBSinmAhrxTkV-xectsBn9964rL2vBaJDdtsCwI3-c/s1600-h/imaDFDFFDges.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 227px; height: 204px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEz6IanCwjYSkfVLuauY9RUXYe-xph4-tDVLACfXivqnjH0XNyWY5eBK7JUG9tGrTlJNzlALAM6rh98Tec_5vxuetDtRQOG0fNefBSinmAhrxTkV-xectsBn9964rL2vBaJDdtsCwI3-c/s400/imaDFDFFDges.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228465127010167810" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVn8nvgwGnw8L9u7s7rRhDFzb7fBlku0Uc2VyWpp6Qd-_IbVD12nxDNtlAHpX_cjEqgWqr1D5d3eh_7DGGRSpBTERN8RBo43FkUwSukzNem4RfcZAhZTJHCPb_FvSKL2kfWCd-7H5FMLM/s1600-h/imageFDsDF.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 226px; height: 217px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVn8nvgwGnw8L9u7s7rRhDFzb7fBlku0Uc2VyWpp6Qd-_IbVD12nxDNtlAHpX_cjEqgWqr1D5d3eh_7DGGRSpBTERN8RBo43FkUwSukzNem4RfcZAhZTJHCPb_FvSKL2kfWCd-7H5FMLM/s400/imageFDsDF.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228465127057953074" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;" class="snap_preview"><div class="content"> <p>Diabetes melitus adalah suatu penyakit gangguan kesehatan di mana kadar gula dalam darah seseorang menjadi tinggi karena gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh tubuh. Diabetes Mellitus / DM dikenal juga dengan sebutan penyakit gula darah atau kencing manis yang mempunyai jumpah penderita yang cukup banyak di Indonesia juga di seluruh dunia.</p> <p>Pada orang yang sehat karbohidrat dalam makanan yang dimakan akan diubah menjadi glokosa yang akan didistribusikan ke seluruh sel tubuh untuk dijadikan energi dengan bantuan insulin. Pada orang yang menderita kencing manis, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena sedikit atau tidak adanya zat insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi yang nantinya dapat memberikan efek samping yang bersifat negatif atau merugikan.</p> <p>Kadar gula yang tinggi akan dibuang melalui air seni. Dengan demikian air seni penderita kencing manis akan mengandung gula sehingga sering dilebung atau dikerubuti semut. Selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi / tenaga, mudah lelah, lemas, mudah haus dan lapar, sering kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal, dan sebagainya. Kandungan atau kadar gula penderita diabetes saat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl dan saat tidak puasa atau normal lebih dari 200 mg/dl. Pada orang normal kadar gulanya berkisar 60-120 mg/dl.</p> <p>Penyakit yang akan ditimbulkan oleh penyakit gula darah ini adalah gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk / gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang bagi penderita yang parah bisa amputasi anggota tubuh karena pembusukan. Oleh sebab itu sangat dianjurkan melakukan perawatan yang serius bagi penderita serta melaksanakan / menjalani gaya hidup yang sehat dan baik bagi yang masih sehat maupun yang sudah sakit.</p> <p>Terdapat dua tipe diabetes mellitus, DM tipe 1 adalah di mana tubuh kekurangan hormon insulin atau istilahnya Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan DM tipe 2 di mana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya atau istilahnya Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).</p> <p>Diabetes bukan 100% penyakit turunan. Diabetes melistus bisa disebakan riwayat keturunan maupun disebabkan oleh gaya hidup yang buruk. Setiap orang bisa terkena penyakit kencing manis baik tua maupun muda. Waspada bagi anda yang memiliki orang tua yang merupakan pengidap diabetes, karena anda akan juga memiliki bakat gula darah jika tidak menjalankan gaya hidup yang baik.</p> <p>Resiko terkena diabetes dapat dikurangi dengan mengatur pola makan yang sehat, rajin olahraga, tidur yang cukup, menghindari rokok mirasantika dan lain sebagainya. Bagi anda yang sudah terkena diabetes sebaiknya berolahraga setiap pagi, makan makanan yang bergizi rendah karbohidrat dan lemak namun tinggi protein, vitamin dan mineral. Perbanyak makan sayuran dan makanan berserat tinggi lainnya. Rajin-rajin memeriksakan kandungan gula darah anda dan menginjeksi insulin ke dalam tubuh dan minum obat jika diperlukan sesuai petunjuk dokter secara teratur. Dengan begitu anda dapat menghindar dari resiko efek yang lebih parah.</p></div> </div>Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-1957843841722727822008-07-29T08:46:00.001-07:002008-07-30T21:33:37.821-07:00KANKER SERVIKS / KANKER MULUT RAHIM<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfLHkmQxpmE2UedJGP4RsphovskHKNvI20SpusBxearxFfKukQagNxWmFlJV0oLvSaPTwKvVn73IdOQ9PU109sIuFc6zbJj34_U6enYk0y_9Zdehzu7qyDVMe0VSaITjPlZwCQTEw7cc0/s1600-h/imagAQes.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 220px; height: 179px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfLHkmQxpmE2UedJGP4RsphovskHKNvI20SpusBxearxFfKukQagNxWmFlJV0oLvSaPTwKvVn73IdOQ9PU109sIuFc6zbJj34_U6enYk0y_9Zdehzu7qyDVMe0VSaITjPlZwCQTEw7cc0/s400/imagAQes.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228463561854378994" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwcUYTi8YDbtzZtz0l1FHhQCLyyuqQlH6ULCrfah9O7e0_aiopW7HuNpIDVvtM8cWDKDUYNlSE9EAs8ElCekROZiQBk0YFnwg8Ihy3E7eXqVVRwzUioBRWB9A1ZBnKUt5kbFlcr4TU8rQ/s1600-h/imagFDes.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 226px; height: 188px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwcUYTi8YDbtzZtz0l1FHhQCLyyuqQlH6ULCrfah9O7e0_aiopW7HuNpIDVvtM8cWDKDUYNlSE9EAs8ElCekROZiQBk0YFnwg8Ihy3E7eXqVVRwzUioBRWB9A1ZBnKUt5kbFlcr4TU8rQ/s400/imagFDes.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228463560464762450" border="0" /></a><br /><p>A. PENGERTIAN<br />Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).</p> <p>B. ETIOLOGI<br />Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :</p> <p>1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual<br />Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda</p> <p>2. Jumlah kehamilan dan partus<br />Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.</p> <p>3. Jumlah perkawinan<br />Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.</p> <p>4. Infeksi virus<br />Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks</p> <p>5. Sosial Ekonomi<br />Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.</p> <p>6. Hygiene dan sirkumsisi<br />Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.<br />7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)<br />Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.</p> <p>C. Klasifikasi pertumbuhan sel akan kankers serviks</p> <p>Mikroskopis<br />1. Displasia<br />Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tdk dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.</p> <p>2. Stadium karsinoma insitu<br />Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.<br />3. Stadium karsionoma mikroinvasif.<br />Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.</p> <p>4. Stadium karsinoma invasif<br />Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.</p> <p>5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks<br />Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.</p> <p>Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.</p> <p>Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.</p> <p>Markroskopis<br />1. Stadium preklinis<br />Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa<br />2. Stadium permulaan<br />Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum<br />3. Stadium setengah lanjut<br />Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio<br />4. Stadium lanjut<br />Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.</p> <p>D. GEJALA KLINIS<br />1. Perdarahan<br />Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.<br />2.Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.</p> <p>E. Pemeriksaan diagnostik<br />1. Sitologi/Pap Smear<br />Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.<br />Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.<br />2. Schillentest<br />Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.<br />3. Koloskopi<br />Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.<br />Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.<br />Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.<br />4. Kolpomikroskopi<br />Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali<br />5. Biopsi<br />Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.<br />6. Konisasi<br />Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.</p> <p>F. KLASIFIKASI KLINIS<br />• Stage 0: Ca.Pre invasif<br />• Stage I: Ca. Terbatas pada serviks<br />• Stage Ia ; Disertai invasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis<br />• Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I<br />• Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal<br />• Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina<br />• Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.</p> <p>G. Terapi<br />1. Irradiasi<br />• Dapat dipakai untuk semua stadium<br />• Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk<br />• Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.<br />Dosis :<br />Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks<br />Komplikasi Irradiasi<br />• Kerentanan kandungan kencing<br />• Diarrhea<br />• Perdarahan rectal<br />• Fistula vesico atau rectovaginalis<br />2.Operasi<br />• Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II<br />• Operasi histerektomi vagina yang radikal<br />3.Kombinasi<br />• Irradiasi dan pembedahan<br />Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.<br />4. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.</p>Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-10080895561223588162008-07-29T08:41:00.000-07:002008-07-30T21:34:07.759-07:00KANKER PAYUDARA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkEUjxQ0Iz9LGi-HltvtFjTIQMNyVjSdjDbF9MOiL3Wn8JRIB4TYlajPUQ6ebM7b8flWQhMe2SctSX16eauCeaJOtClpJmj8Eg6qzudlB0UCCcWZB0cEsgmqSJ13SAd_sVZI_z-DalaDU/s1600-h/imagDFAes.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 219px; height: 199px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkEUjxQ0Iz9LGi-HltvtFjTIQMNyVjSdjDbF9MOiL3Wn8JRIB4TYlajPUQ6ebM7b8flWQhMe2SctSX16eauCeaJOtClpJmj8Eg6qzudlB0UCCcWZB0cEsgmqSJ13SAd_sVZI_z-DalaDU/s400/imagDFAes.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228462201199133634" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv4e5OH2VEdVyY7dDUpFCzaxKIYUGaJTosc4P0_0hy0KDSdEVNK6Gk3qV6_O9BHsufOWpTF0sbBeqyJOscwpSSBEx547MAZuTFmqOp0YYcNNVaOgM2ovELhZ0PxGp_7cB-S_xod9ecoNY/s1600-h/imagDes.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 221px; height: 182px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv4e5OH2VEdVyY7dDUpFCzaxKIYUGaJTosc4P0_0hy0KDSdEVNK6Gk3qV6_O9BHsufOWpTF0sbBeqyJOscwpSSBEx547MAZuTFmqOp0YYcNNVaOgM2ovELhZ0PxGp_7cB-S_xod9ecoNY/s400/imagDes.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228462201986102130" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;"> Payudara merupakan suatu struktur embriologi unik bagi kelas mamalia. Payudara juga merupakan suatu modifikasi kelenjar keringat, bervariasi dalam jumlah diantara subkelompok species mamalia¬. Bagi seorang wanita, payudara merupakan lambang kewanitaan yang sangat dibanggakan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka. Hal ini sangat berbeda dengan pria sehingga tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan secara kosmetik. Penyakit yang menyerang payudara jumlahnya lebih banyak pada wanita dibandingkan pada pria. </div><p style="text-align: justify;">Payudara sebagai struktur dorman yang tidak berfungsi pada pria, sedangkan pada wanita perkembangan payudara aktif dan di bawah kendali neuroendokrin glandula hipofisis anterior dan ovarium. Perubahan patologi dan fungsional jelas timbul pada payudara dan menjangkau interval dari menarche, kehamilan dan laktasi sampai pascamenopause.<br />Berbagai keadaan normal dan patologi yang timbul sebagai hasil perubahan fisiologi ini memerlukan pengetahuan terpadu akan kejadian yang timbul dalam wanita pra dan pascamenopouse. Informasi demikian penting untuk menegakkan diagnosis dan terapi penyakit payudara.<span id="more-94"></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">1. Embriologi Payudara<br />Dalam embrio manusia, payudara pertama dikenal sebagai “milk steak” yang tumbuh sekitar minggu keenam perkembangan fetus. Suatu area penebalan ektodermis yang yang dikenal sebagai tunas susu, berkembang dalam bagian pektoralis badan embrio. Peninggian linear tegas ini terbentang bilateral dari aksila ke vulva dan dikenal sebagai garis susu atau “mammary ridge”.<br />Setelah mencapai minggu kesembilan dalam rahim, garis susu menjadi atrofi, kecuali dalam daerah pektoralis dan pengenalan pertama primodrium payudara yang menjadi tunas puting susu. Setelah mencapai minggu kedua belas, tunas puting susu diinvasi oleh epitel skuamosa ektodermis. Pada bulan kelima, jaringan ikat mesenkim menginfiltrasi primordium payudara dan berdifrensiasi ke 15 sampai 20 filamen padat, yang terdistribusi simetris di bawah kulit tunas puting susu.<br />Duktulus mamae berkembang sebagai pertumbuhan ke dalam ventral dari sisa embriologi ini, yang terbagi ke dalam duktus susu primer dan berakhir dalam tunas lobulus. Kemudian tunas ini berproliferasi ke asinus setelah dimulai rangsangan estrogen ovarium. Selama pertumbuhan dalam rahim, duktus susu primer bercabang dan membelah luas. Dengan mencapai bulan ketujuh sampai kedelapan dalam rahim, duktus berkanulasi membentuk lumen yang berhubungan dengan duktus laktiferus tak matang.<br />Saat lahir, tunas puting susu mempunyai cekungan sentral yang sesuai dengan area yang dipenetrasi oleh lumen duktulus susu primer. Segera setelah lahir, penetrasi tunas puting susu lengkap, ia bereversi dan lebih diinvasi oleh sel basaloid yang menjadi dipigmentasi gelap untuk membentuk areola.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">2 Anatomi Payudara<br />Glandula mammae terletak pada fasia pektoris yang meliputi dinding anterior dada. Pada anak-anak dan pria glandula mammae rudimenter. Pada wanita setelah pubertas glandula mammae membesar dan dianggap berbentuk sferis. Pada wanita dewasa muda glandula mammae terletak di atas costa II sampai VI dan rawan costanya dan terbentang dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media. Pinggir lateral atasnya meluas sampai sekitar bawah m.pectoralis major dan masuk ke axilla. Pada bagian lateral atas yang keluar ke arah aksila membentuk penonjolan yang disebut penonjolan Spencer atau ekor payudara.<br />Setiap payudara terdiri dari 12 sampai 20 lobulus yang masing-masing mempunyai saluran ke papila mammae, yang disebut duktus laktiferus. Di antara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi rangka untuk payudara. Lobulus merupakan unit sekresi mammae. Tiap lobulus terdiri atas sejumlah asinus, atau kelenjar yang berada di dalam jaringan ikat longgar dan berhubungan dengan duktus intralobularis. Tiap asinus tersusun atas dua tipe sel yaitu epitel dan mioepitel. Sel epitel merupakan sel sekresi. Meskipun sintesis air susu ibu hanya berlangsung selama masa akhir kehamilan dan post-partum, sel tersebut mensekresi terus menerus berbagai jenis glikogen protein yang dimasukkan ke dalam lumen kelenjar. Sel epitel dikelilingi oleh sel mioepitel yang mengandung protein kontraktil yang mempunyai fungsi mekanik.<br />Duktus intralobularis berhubungan dengan duktus ekstralobularis. Duktus ekstralobularis dalam satu daerah yang sama saling berhubungan membentuk duktus subsegmental, yang saling berhubungan membentuk duktus segmental. Ini akan bermuara ke duktus laktiferus dan sinus laktiferus yang berhubungan dengan permukaan papila mammae melalui orifisium yang terpisah. Terdapat 15-20 duktus laktiferus, masing-masing mengalirkan satu segmen mammae. Duktus dilapisi oleh sel epitel yang dikelilingi oleh sel mioepitel. Stroma jaringan ikatnya lebih padat dibandingkan dengan lobulusnya dan duktus dikelilingi oleh jaringan elastik yang membentu fungsi drainase duktus.<br />Penyediaan darah ke payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari a.mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa a.interkostalis.<br />Persarafan kulit payudara bersifat segmental dan berasal dari segmen dermatom T2 sampai T6. Segmen dermatom area ini bisa didenervasi total atau sebagian setelah elevasi flap kulit untuk mastektomi radikal atau modifikasi. Dengan pemotongan flap kulit dalam aksila, maka suatu cabang utama bisa dikenali dan dikorbankan. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medius yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa di daerah tersebut.<br />Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula aliran yang ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar 10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara mengalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mamaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m.rektus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, ke pleura, dan ke payudara kontralateral.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">3Fisiologi Payudara<br />Sepanjang hidupnya, pada mammae wanita terjadi perubahan fisiologis dan patalogis yang bervariasi. Hal ini terutama berhubungan dengan variasi kadar hormon yang terjadi sebelum, selama dan setelah reproduksi. Hormon-hormon yang mempengaruhi perkembangan payudara adalah estrogen, progesteron,LH, FSH (Folikel Stimulating Hormon) dan Prolaktin. Estrogen dan progesteron diproduksi oleh ovarium, LH dan FSH disekresi oleh sel basofil yang terletak dalam glandula hypophysis anterior sedangkan prolaktin disekresi oleh sel asidofil hypophysis.<br />Beberapa hari setelah lahir sebagian besar bayi baik laki-laki ataupun perempuan menunjukkan pembesaran kelenjar payudara sedikit dan mulai mensekresi sedikit kolostrum dan menghilang sesudah kira-kira satu minggu kemudian. Kemudian kelenjar payudara kembali infantil, tidak aktif.<br />Dengan permulaan pubertas antara 10-15 tahun, areola membesar dan lebih mengandung pigmen. Payudara pun menyerupai “cakram”. Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga berbentuk sferis. Hal ini terjadi di bawah pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat. Terutama yang tumbuh ialah jaringan lemak dan jaringan ikat di antara 15-20 lobus payudara. Biasanya bentuk payudara sudah sempurna setelah menstruasi dimulai.<br />Pada fase menstruasi, mammae sangat sensitif terhadap perubahan kadar estrogen dan progesteron. Stroma lobularis menjadi sangat edema karena mengalami proses mitosis selama fase sekresi estrogen dan progesteron, sehingga sekitar hari ke-8 fase menstruasi payudara jadi lebih besar. Pada hari ke-22 sampai ke-24 dari siklus menstruasi, dimana kadar estrogen dan progesteron mencapai puncaknya, terjadi pembesaran payudara yang maksimal.<br />Selama masa kehamilan, terjadi proliferasi dan pembesaran lobulus sebagai persiapan sintesis dan aktivitas sekresi untuk laktasi. Pada trimester ketiga jumlah asinus pada setiap lobulus dan ukuran lobulus menjadi sangat meningkat. Sel epitel -laktalbuminberdiferensiasi serta mensintesis dan mensekresi air susu (kasein, dan membran globula lemak air susu yang merupakan derivat sel permukaan luminal mammae) merupakan petanda yang bermanfaat untuk menentukan status diferensiasi sel mammae. Estrogen, progesteron, dan prolaktin bersama dengan hormon lain sangat penting pada perkembangan mammae selama masa kehamilan meskipun begitu setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron akan menurun dan prolaktin meningkat untuk memicu laktasi. Apabila pemberian air susu dihentikan, akan terjadi involusi stuktur lobularis secara cepat, dan struktur mammae kembali ke struktur sebelum kehamilan.<br />Pada masa menopause, efek estrogen dan progestrogen fungsi ovarium berhenti dan dimulai involusi progresif. Regresi ke epitel atrofi atau hipoplastik jelas di dalam duktus dan lobulus serta stroma diganti dengan jaringan fibrosa periduktus padat. Timbul dilatasi jalinan duktus laktiferus dalam lobulus terisolasi. Asinus lobulus kehabisan epitel toraksnya serta bisa membesar dan membentuk makrokista. Pada pemeriksaan, payudara senilis atau pasca menopause sering asimetris dengan ketidakteraturan komponen lobulus dan pembentukan kista dalam ukuran bervariasi. Karena kandungan lemak dan fibrostoma periduktus penyokong terdepresi, maka payudara tua menjadi suatu struktur pendulosa, homogen dengan kehilangan bentuk dan konfigurasi.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">4. Definisi Kanker Payudara<br />Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla mammae.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">5. Insidensi dan Epidemiologi<br />Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah karsinoma servik uterus. Di Amerika Serikat karsinoma payudara merupakan 28% kanker pada wanita kulit putih, dan 25% pada wanita kulit hitam.<br />Kurva insiden-usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia dibawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia 44-66 tahun. Insidensi karsinoma mammae pada laki-laki hanya 1% dari kejadian pada perempuan. Karsinoma payudara merupakan neoplasma spesifik pada wanita dan merupakan sebab utama kematian akibat kanker dalam wanita pada berusia 40-44 tahun.<br />Kanker payudara suatu penyakit yang lazim terjadi. Saat ini sekitar 1 dari setiap 14 wanita (7 persen) akan menderita kanker payudara. Lima puluh persen wanita ini akan meninggal karena penyakit ini. Walaupun belakangan ini wanita melaporkan massa mencurigakan lebih dini ke dokternya, namun angka mortalitas tetap tinggi dan berhubungan langsung dengan stadium penyakit saat diagnosis.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">6. Jenis Kanker Payudara<br />1.Karsinoma in situ<br />Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.<br />2.Karsinoma duktal<br />Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju puting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal. Kanker ini biasanya terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause. Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini tampak sebagai bintik-bintik kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi).<br />Kanker ini biasanya terbatas pada daerah tertentu di payudara dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan. Sekitar 25-35% penderita karsinoma duktal akan menderita kanker invasive (biasanya pada payudara yang sama).</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">3.Karsinoma lobuler<br />Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram, tetapi biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada mammografi yang dilakukan untuk keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan menderita kanker invasive.<br />4.Kanker invasive<br />Kanker invasive adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menebar kebagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasive adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobular.<br />5.Karsinoma meduler<br />Kanker ini berasal dari kelenjar susu<br />6.Karsinoma tubuler<br />Kanker ini berasal dari kelenjar susu.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">7. Faktor Resiko<br />Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara<br />Beberapa faktor resiko tersebut adalah:<br />1.Usia<br />Seperti pada banyak jenis kanker, insidensi menurut usia naik sejalan dengan bertambahnya usia.<br />2.Keluarga<br />Dari epidemiologi tampak bahwa kemungkinan untuk menderita kanker payudara dua sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila ibu atau saudara kandung itu menderita kanker bilateral atau pramenopause.<br />Wanita yang pernah ditangani karsinoma payudaranya, memang mempunyai resiko tinggi mendapat karsinoma di payudara lain.<br />3.Hormonal<br />Pertumbuhan kanker payudara sering dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan hormon. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal pada kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.<br />4.Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 11 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.<br />Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Demikian pula dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara.<br />5.Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen<br />Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung pada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan.<br />Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.<br />6.Obesitas pasca menopause<br />Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai factor resiko kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">7.Pemakaian alkohol<br />Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.<br />8.Bahan kimia<br />Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat pada pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.<br />9.Penyinaran<br />Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.<br />10.Faktor resiko lainnya<br />Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">8 Gejala<br />Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke dokter. Benjolan ganas yang kecil sukar dibedakan dengan benjolan tumor jinak, tetapi kadang dapat diraba benjolan ganas yang melekat pada jaringan sekitarnya.<br />Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara disekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.<br />Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah dibawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit disekitarnya.<br />Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok dikulit payudara. Kadang kulit di atas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">Gejala lainnya yang mungkin ditemukan;<br />1.Benjolan atau massa di ketiak<br />2.Perubahan ukuran atau bentuk payudara<br />3.Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)<br />4.Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah berwarna coklat tua disekeliling puting susu)<br />5.Payudara tampak kemerahan<br />6.Kulit disekitar puting susu bersisik<br />7.Puting susu tertarik kedalam atau terasa gatal<br />8.Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara.<br />Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">9 Pemeriksaan Fisik<br />a.Massa tumor: ukuran, lokasi, bentuk, konsistensi, terfiksir atau tidak terfiksir kekulit atau dinding dada<br />b.Perubahan kulit: kemerahan, oedem, peau d’orange, dimpling, nodul satelit, ulserasi<br />c.Perubahan putting susu: tertarik, kemerahan, erosi, krusta, perubahan warna, cairan(discharge) hemoragis atau tidak<br />d.Status kelenjar getah bening<br />KGB axilla: jumlah, lokasi, ukuran, terfiksasi satu dengan yang lain atau sekitar, suspek jinak atau ganas<br />KGB intraklavikula<br />KGB supraklavikula<br />e.Kelainan-kelainan berhubungan dengan metastasis<br />Sakit tekan dan sakit ketuk tulang-tulang<br />Kelainan paru-paru<br />Kelainan berhubungan dengan system saraf sentral.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">10 Penyaringan<br />Kanker pada stadium awal jarang menimbulkan gejala, karena itu sangat penting untuk dilakukan penyaringan.<br />Beberapa prosedur yang digunakan untuk penyaringan kanker payudara:<br />1.SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)<br />Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">2.Mammografi<br />Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang abnormal pada payudara.<br />3.USG payudara<br />Digunakan untuk membedakan kista (kantong berisi cairan ) dengan benjolan padat<br />4. Termografi<br />Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">11. Diagnosis<br />Dasar diagnosis kanker mammae<br />1.Dasar diagnosis klinis<br />Tumor pada mammae yang tumbuh progesif dengan tanda-tanda infiltrasi dan atau metastasis<br />2.Dasar diagnosis patologi<br />Tumor dengan tanda-tanda keganasan.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">12 Pemeriksaan Penunjang Klinis<br />Pemeriksaan radiologis<br />1.Mammografi / USG mammae<br />2.X-foto thoraks<br />3.Kalau perlu:<br />Tulang-tulang - Bone scan<br />USG abdomen - CT scan<br />Pemeriksan laboratorium<br />1.Rutin: darah lengkap, urin<br />2.Gula darah: puasa dan 2 jam pp<br />3.Enzym: alkali fosfatase, LDH<br />4. Hormon reseptor: ER, PR<br />5. Kalau perlu: aktivitas estrogen / vaginal smear<br />Pemeriksaan sitologis<br />1.FNA dari tumor<br />2.Cairan kista<br />3.Cairan pleura<br />4.Sekret puting susu(2).</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">13 Staging (Penentuan Stadium Kanker)<br />Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up, dan penentuan prognosis.<br />Pada saat ini penetapan stadium kanker payudara berdasarkan TNM (Tumor, Node, Metastasis) system yang berlaku diseluruh dunia. Sistem internasional ini mula- mula dilaporkan pada pertemuan International Union Againts cancer di Sao Paulo, Brazilia pada tahun 1954. kemudian oleh The American Joint Committee on Cancer Staging and End Results Reporting pada tahun 1974.<br />Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer);<br />Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam payudara yang normal.<br />Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara<br />Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak<br />Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak<br />Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak<br />Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada<br />Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang dan paru-paru.</p><div style="text-align: justify;"> 14 Pencegahan<br />Banyak faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker.<br />Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini kanker payudara lebih mudah diobati dan masih bisa disembuhkan jika masih pada stadium dini. SADARI, pemeriksaan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.<br />Penelitian terakhir telah menyebutkan 2 macam obat yang terbukti bisa mengurangi resiko kanker payudara, yaitu tamoksifen dan raloksifen. Keduanya adalah anti estrogen di dalam jaringan payudara.Tamoksifen telah banyak digunakan untuk mencegah kekambuhan pada penderita yang telah menjalani pengobatan untuk kanker payudara. Obat ini bisa digunakan pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi.<br />Mastektomi pencegahan adalah pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua payudara dan merupakan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat karena kanker) </div>Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-9721805073215017182008-07-29T08:35:00.000-07:002008-07-30T21:58:41.898-07:00USUS BUNTU / APENDISITIS<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjj-mSBEM5oXJrYlGTgkuIGWW8lOOUoaGjkKW7HTVvqV6aSckeHWZGra2ylDy8lHRce7zV17t53tCMotfWdDcH-NVwNGim68SrRFGViVFczpeAZy6lvv_TOm9S0AY-Q34W7Jn_Rudl8FM/s1600-h/imaAges.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 251px; height: 211px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjj-mSBEM5oXJrYlGTgkuIGWW8lOOUoaGjkKW7HTVvqV6aSckeHWZGra2ylDy8lHRce7zV17t53tCMotfWdDcH-NVwNGim68SrRFGViVFczpeAZy6lvv_TOm9S0AY-Q34W7Jn_Rudl8FM/s400/imaAges.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228460546869875218" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7GvdIbhRBX3jnmyufjKWdDLhSzFCprS68mg6EA0JqktaFqKd8tuKJCvgcw82ccMw1h8io4Iq459fuheD6DmR40KivG3ESGOkfE1brqHmXltewj1qs0AfXEfU-Za7T5e6D2OcGtkRtRCY/s1600-h/imageADSs.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 270px; height: 231px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7GvdIbhRBX3jnmyufjKWdDLhSzFCprS68mg6EA0JqktaFqKd8tuKJCvgcw82ccMw1h8io4Iq459fuheD6DmR40KivG3ESGOkfE1brqHmXltewj1qs0AfXEfU-Za7T5e6D2OcGtkRtRCY/s400/imageADSs.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228460547264298114" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;" class="snap_preview"><p><a title="Baca Kesaksian Usus Buntuk" href="http://totalwellness.blogsome.com/2005/10/26/dasyat-reaksi-cordyceps/" target="_blank">Usus buntu</a> (Apendisitis) adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini dapat mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir.</p> <p>Pada mulut usus buntu bisa terjadi penyempitan atau penyumbatan yang menimbulkan timbunan lendir di dalam rongganya. Bila terjadi genangan lendir di situ, kuman di dalam usus besar bisa tumbuh cepat di sana. Bila peradangan itu pecah, maka kotoran manusia beserta kumannya menyebar ke rongga perut. Makanya, bila peradangan ini tak dioperasi, bisa mengakibatkan kematian. Pada orang yang daya tubuhnya kuat, proses penyakit dan peradangannya berjalan perlahan dan menahun dan bahkan bisa sembuh jika diterapi dengan nutrisi daya tahan tubuh.</p> <p>Gejala <a title="Baca Kesaksian Usus Buntuk" href="http://totalwellness.blogsome.com/2005/10/26/dasyat-reaksi-cordyceps/" target="_blank">usus buntu</a> bervariasi tergantung stadiumnya, pada saat akut (mendadak), maka gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja. Pada stadium kronik, gejalanya mirip sakit maag, tidak khas dan kadang-kadang demam yang hilang timbul.</p> <p>Biasanya, jaringan penggantung usus bereaksi dengan menyelubungi usus buntu yang sakit. Akibatnya, proses peradangan dan pernanahan tidak dapat meluas. Penyumbatan usus buntu terjadi karena pembesaran kelenjar dindingnya. Ini biasa terjadi pada anak-anak. Pada orang dewasa, penyumbatan terjadi karena gumpalan tinja yang membatu, atau biji-bijian yang masuk ke dalamnya, cacing, bahkan tumor.Usus buntu memang ada secara normal dalam tubuh.</p> <p>Bisa dilakukan dengan mengkonsumsi yang bersifat nutrisi untuk menguatkan tubuh, dengan membangun keseimbangan tubuh sehingga tubuh mampi melawan penyakit / kuman. Karena untuk menyembuhkan satu penyakit kita harus menormalkan organ - organ yang terkait, sehingga yang terjadi adalah menyembuhkan satu penyakit. Bisa dengan mengkonsumsi<strong> Nutrient High Calcium Powder sebagai penguat terhadap tubuh, Double Celulose untuk membersihkan dan Citosan untuk memperbaiki usus pada bagian yang luka</strong> <strong>dan <a title="Baca Cordycep" href="http://totalwellness.blogsome.com/2005/10/" target="_blank">Cordyceps </a>sebagai Imun atau menjaga daya tahan tubuh</strong>.</p> <p>Tetapi.. Pada saat akut sebaiknya segera dioperasi karena bila tidak maka radang pada usus buntu akan menyebabkan usus tersebut pecah (karena buntu) dan infeksi akan menjalar ke seluruh perut yang akan berakibat fatal. Pada yang kronik, biasanya operasi ditunda dan diberikan obat-obatan sampai infeksi mereda baru dilakukan operasi.</p> </div>Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-41477551468667347622008-07-28T06:25:00.000-07:002008-07-30T21:35:50.636-07:00SIFILIS<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlwvGZHGniNn5xbrTkwJq0Vwz_FKFAjsPCPuwku_5ws_3EZXUyim7qU6RTQpjS-_ilux8lcpY1668RgIGayRSZFYVjNntE5Xif_akKU8V_RHcfBqbXQd04mWMaWyLj4qjvolbtumCuqrk/s1600-h/iSSDSmages.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 220px; height: 203px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlwvGZHGniNn5xbrTkwJq0Vwz_FKFAjsPCPuwku_5ws_3EZXUyim7qU6RTQpjS-_ilux8lcpY1668RgIGayRSZFYVjNntE5Xif_akKU8V_RHcfBqbXQd04mWMaWyLj4qjvolbtumCuqrk/s400/iSSDSmages.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228056300632079954" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8tfmR9nnin2bUQMmGheEKJerdDhjUk9gJsOlMlM3vZj-L7AdSgUNUi0EZElap3AJb6V_8EmkqCVcVEx8Z-7BQDoI0AzrK7STW_Bl2cow_xIWJHvMjmavnaXpKCQKf9I7Qdee-kE1oTLM/s1600-h/iSDSmages.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 212px; height: 202px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8tfmR9nnin2bUQMmGheEKJerdDhjUk9gJsOlMlM3vZj-L7AdSgUNUi0EZElap3AJb6V_8EmkqCVcVEx8Z-7BQDoI0AzrK7STW_Bl2cow_xIWJHvMjmavnaXpKCQKf9I7Qdee-kE1oTLM/s400/iSDSmages.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228056308239118674" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg81AMiVEED4KcjTjJbQhnl20p8jYpF35TCujwqYjOx_zg0emPNi2DgHfZqvsVML597wR4CWdYcp4Qi_6Q46RA2HqiN0uoayZ-OqF7F9BFxbnOUhwZZYvlod2COLrv7pAYcPmFfqrRYlCY/s1600-h/iSDASmages.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 204px; height: 197px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg81AMiVEED4KcjTjJbQhnl20p8jYpF35TCujwqYjOx_zg0emPNi2DgHfZqvsVML597wR4CWdYcp4Qi_6Q46RA2HqiN0uoayZ-OqF7F9BFxbnOUhwZZYvlod2COLrv7pAYcPmFfqrRYlCY/s400/iSDASmages.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228056311841044450" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjle0lDbjvfo4qtvdLCzxbuAUMNhX2W3zbar1FqtR0tMrPE4BeErJMRkwNKmszTvUXPb3Gw-MajijtSdcc054U34C_hspJvquWvx71ZMbPOh70IuPQ-xHKc78hCudFrj8SsaGSRrXH5S18/s1600-h/SIFILges.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 204px; height: 185px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjle0lDbjvfo4qtvdLCzxbuAUMNhX2W3zbar1FqtR0tMrPE4BeErJMRkwNKmszTvUXPb3Gw-MajijtSdcc054U34C_hspJvquWvx71ZMbPOh70IuPQ-xHKc78hCudFrj8SsaGSRrXH5S18/s400/SIFILges.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228056318404483666" border="0" /></a><br />Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum.<br /><br />Penularan biasanya melalui kontak seksual; tetapi, ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus).<br /><br />Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut "Peniru Besar" karena sering dikira penyakit lainnya.<br /><br />Di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiran lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.<br /><br />Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal. Orang yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks-nya mungkin terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui dokter secepat mungkin.<br /><br />Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Menurut statistik, perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine diikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah di setiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit. Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki durasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa jenis sifilis kebal terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadi pada tahun 2004. Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharuskan memakan pil beberapa kali per hari.<br /><br />Perawat kesehatan profesional mengusulkan seks aman dilakukan dengan menggunakan kondom bila melakukan aktivitas seks, tapi tidak dapat menjamin sebagai penjaga yang pasti. Usul terbaik adalah pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif.Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-62060671584009482982008-07-28T06:14:00.000-07:002008-07-30T21:36:21.688-07:00HEPATITIS B<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN8aONYzi-icakKa6-C-1Pz3Zikyx59qKNHG17LpzmyPA-3EQ2ItkIGQVG0EPWDnHKxomind6BHghVJmFQbvOCRj-RSZjQ8OntzwzRbhODlf8DbOL4FzqGq9ZPDLEFsP-zi4YfUrbNTvc/s1600-h/imagFDes.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 381px; height: 289px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN8aONYzi-icakKa6-C-1Pz3Zikyx59qKNHG17LpzmyPA-3EQ2ItkIGQVG0EPWDnHKxomind6BHghVJmFQbvOCRj-RSZjQ8OntzwzRbhODlf8DbOL4FzqGq9ZPDLEFsP-zi4YfUrbNTvc/s320/imagFDes.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228054082754902338" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu2nODQS4d5HwvSjIx0AftZJtgF_Vk4B-c9iru1oLyDNnnHpwZp_MCG_nyhLz6Jx-pXpi2lkyTrI9dtFvC_RQQ4HBgnRFE_cnOMM9xl1KYwO-zlG0F6dBTn6o4p9k75UfjrPfLBgkSgwU/s1600-h/iVVmages.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 269px; height: 218px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu2nODQS4d5HwvSjIx0AftZJtgF_Vk4B-c9iru1oLyDNnnHpwZp_MCG_nyhLz6Jx-pXpi2lkyTrI9dtFvC_RQQ4HBgnRFE_cnOMM9xl1KYwO-zlG0F6dBTn6o4p9k75UfjrPfLBgkSgwU/s320/iVVmages.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228054086129276802" border="0" /></a><br /><div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrak3I-nBgW85-EkFZ2AqM-HdJJmLH6olwmZf5qpQCu-ZH7H9eWph9H6RJ1DPRANZKxP4S7ath28Xh-6d62MAhusr3GeZRKA4btnjAOpC02Gq_IIOFSDRLT15Dgj8m7e91YwMrXyf4TzE/s1600-h/V.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 303px; height: 239px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrak3I-nBgW85-EkFZ2AqM-HdJJmLH6olwmZf5qpQCu-ZH7H9eWph9H6RJ1DPRANZKxP4S7ath28Xh-6d62MAhusr3GeZRKA4btnjAOpC02Gq_IIOFSDRLT15Dgj8m7e91YwMrXyf4TzE/s320/V.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228054090651135986" border="0" /></a>VIRUS HEPATITS B<br /></div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Penyakit Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Walaupun terdapat 7 macam virus Hepatitis yaitu A, B, C, D, E, F dan G, hanya Hepatitis B dan C yang berbahaya karena dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Penularan Hepatitis B dilakukan melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularan biasanya terjadi melalui beberapa cara antara lain, penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Di dunia ini, setiap tahun sekitar 10 juta hingga 30 juta orang terkena penyakit Hepatitis B. Walaupun penyakit Hepatitis B bisa menyerang setiap orang dari semua golongan umur tetapi umumnya yang terinfeksi adalah orang pada usia produktif. Ini berarti merugikan baik bagi si penderita, keluarga, masyarakat atau negara karena sumber daya potensial menjadi berkurang.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Selama ini ada dua cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi. Salah satu pengobatan oral yang populer untuk penyakit ini adalah obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC. Sedangkan pengobatan secara injeksi yang saat ini sedang dikembangkan dalam bidang kedokteran nuklir baik skala industri maupun akademik adalah proses terapi yang dilakukan dengan menyuntikkan microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Microsphere sendiri didefinisikan sebagai partikel berbentuk bola berskala mikron, yang terbuat dari bahan keramik, kaca atau polimer sebagai pengungkung gas, larutan atau padatan dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik. Saat ini, microsphere radioaktif yang telah digunakan dalam kedokteran nuklir terbuat dari gelas sebagai bahan pengungkung dan Itrium-90 atau Phosporus-32 sebagai radionuklida yang dikungkung. Tetapi bahan pengungkung yang berupa gelas ini akan tetap tertinggal dalam waktu yang lama sekalipun proses radioterapi telah selesai, karena tidak dapat diadsorpsi oleh tubuh. Pengunaan polimer biodegradable seperti polilaktat (polylactic acid, PLA), poliglikolat (poyglycolic acid, PGA), dan derivatnya sedang dikembangkan karena memiliki banyak keuntungan seperti, dapat didegradasi oleh proses hidrolisis dalam tubuh dan dalam waktu sekitar satu bulan akan diabsorbsi sehingga tidak meracuni tubuh (biocompatible).</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Microsphere dapat dibuat dengan berbagai metode seperti emulsifikasi, pemisahan fasa dan spray drying. Tetapi pembuatan microsphere dengan metode emulsifikasi mempunyai keuntungan lebih yakni akan mendapatkan microsphere dengan diameter sesuai dengan yang diinginkan sehingga dapat digunakan sebagai pengungkung (drug delivery) radiofarmaka. Untuk karakterisasi microsphere yang dihasilkan dari berbagai metode pembuatan diatas, dapat dilakukan dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mengetahui diameter microsphere yang dihasilkan, X-Ray Difractometer (XRD) untuk mengetahui kristalinitas dari microsphere, dan Simultaneous Thermal Analysis (STA) yang bertujuan untuk mengetahui informasi transisi termal yang terjadi dalam polimer sehingga kita dapat mengontrol sifat dan kemampuan dari suatu microsphere apakah layak atau tidak digunakan sebagai drug delivery.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Pengembangan microsphere di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>, sejauh ini terus dalam proses penelitian agar dapat diaplikasikan dan diproduksi oleh industri. Dari hal ini, diketahui bahwa penelitian tentang microsphere belum berakhir sampai ditemukan microsphere yang benar-benar efektif mengukung obat sampai ke target sasaran, tanpa efek samping, proses sintesis yang mudah dan cepat dan tentunya dengan peralatan dan biaya yang murah. Hal ini pun menjadi tantangan yang menarik bagi para peneliti dan mahasiswa untuk mewujudkannya. Selamat Mencoba dan Meneliti ...!</p>Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-11992402116681087452008-07-28T06:08:00.000-07:002008-07-30T21:36:54.394-07:00GONORE / KENCING NANAH<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrXM-d7rvVWy_m390rXXZMUWMS3Df1b-DUCEtU12bfpfMmN9L8P2bVhqWb_cFcgSYOyPy8dS6eFi8s0oL7A26DSpPf747YWtGlqc7RINKOgZNXRZ9JyM5pHuSzMxoCDIROoPNflpYloAQ/s1600-h/imASAages.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 276px; height: 242px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrXM-d7rvVWy_m390rXXZMUWMS3Df1b-DUCEtU12bfpfMmN9L8P2bVhqWb_cFcgSYOyPy8dS6eFi8s0oL7A26DSpPf747YWtGlqc7RINKOgZNXRZ9JyM5pHuSzMxoCDIROoPNflpYloAQ/s320/imASAages.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228052115174545842" border="0" /></a>Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.?Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi. <div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Pada pria, gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra dan beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih serta keluarnya nanah dari penis. Sedangkan pada wanita, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita?seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit tersebut hanya setelah pasangan hubungan seksualnya tertular.?Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina, dan demam. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus (anal sex) dapat menderita gonore pada rektumnya.?Penderita akan merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, serta tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore biasanya akan menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Umumnya?infeksi tersebut?tidak menimbulkan gejala, namun terkadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan untuk menelan. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata, maka bisa menyebabkan terjadinya infeksi mata luar (konjungtivitis gonore). Bayi yang baru lahir juga bisa terinfeksi?gonore dari ibunya selama proses persalinan sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah. Jika infeksi itu tidak diobati, maka akan menimbulkan kebutaan. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Diagnosis penyakit gonore didasarkan pada hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab gonore.?Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama satu minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah atau infus).?</p><div> </div>Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4602705566182504226.post-73170778825972999702008-07-28T05:56:00.000-07:002008-07-30T21:37:25.004-07:00HIV AIDS<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnGCMQvo7glnKgMnwfIH1W73kPr3Bc_W1o85yyX2c79kcXCGqCUr9DWEW3SS2UbLvL6MgBsPwRSHzBcEi5yeQ5PWE7s732DzQelsZ5h18aPm2NiNCx8EQaEP93uT5q6zcSbiAGO_8UcaA/s1600-h/images.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 288px; height: 266px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnGCMQvo7glnKgMnwfIH1W73kPr3Bc_W1o85yyX2c79kcXCGqCUr9DWEW3SS2UbLvL6MgBsPwRSHzBcEi5yeQ5PWE7s732DzQelsZ5h18aPm2NiNCx8EQaEP93uT5q6zcSbiAGO_8UcaA/s400/images.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228457342728844818" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYyP5iYmZIVk0P2Q35dTCyIz_jjc9YCQpK5TeQM0oR7ukgsbf9APWUrpbDBISbTHk6_vgiTEeXFdC1ClYdUT3lABscMPHtwbz6AcBYJIdkU2lrhkotQIZNlPTelzEIu057XPT-6DS6bmE/s1600-h/imageQs.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 318px; height: 263px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYyP5iYmZIVk0P2Q35dTCyIz_jjc9YCQpK5TeQM0oR7ukgsbf9APWUrpbDBISbTHk6_vgiTEeXFdC1ClYdUT3lABscMPHtwbz6AcBYJIdkU2lrhkotQIZNlPTelzEIu057XPT-6DS6bmE/s400/imageQs.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228457346023890962" border="0" /></a><br /><p style="font-weight: bold; text-align: justify;" class="MsoNormal">APAKAH AIDS ?<o:p></o:p><br /></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh.Virus penyebab AIDS adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus)<br />Penderita AIDS yang meninggal, bukan semata-mata disebabkan oleh virus AIDS, tetapi juga oleh penyakit lain yang sebenarnya bisa ditolak, seandainya sistem kekebalan tubuh tidak rusak oleh virus AIDS.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-weight: bold; text-align: justify;" class="MsoNormal">BAGAIMANA AIDS MENULAR ?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>75-85 % Penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10 % diantaranya melalui hubungan homoseksual) </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">5-10 % akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik) </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">3-5 % melalui transfusi darah yang tercemar </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">90 % infeksi pada bayi dan anak terjadi dari Ibu yang mengidap HIV </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">25-35 % bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-weight: bold; text-align: justify;" class="MsoNormal">GEJALA AIDS</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Rasa lelah berkepanjangan </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Sesak nafas dan batuk berkepanjangan </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Berat badan turun secara menyolok </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab yang jelas </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit) </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Sering demam (lebih dari 38 °C) disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-weight: bold; text-align: justify;" class="MsoNormal">SIAPA KELOMPOK RESIKO TINGGI ?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Siapa saja yang memiliki perilaku seksual berganti-ganti pasangan</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-weight: bold; text-align: justify;" class="MsoNormal">BAGAIMANA MENCEGAH AIDS</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Tidak berganti-ganti pasangan seksual </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap penggunaan jarum suntik yang diulang </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Dengan formula A-B-C </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">BE FAITHFUL artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja </p><div style="text-align: justify;"> <span style="">CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan kondom</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">AIDS Asal-Usul HIV/</span><o:p></o:p><br /><o:p></o:p>Perdebatan seputar asal-usul AIDS telah sangat menarik perhatian dan sengketa sejak awal epidemi. Namun, bahaya mencoba mengenali dari mana AIDS berasal. Orang-orang dapat menggunakan nya sebagai bahan perdebatan untuk menyalahkan kelompok tertentu atau <st1:place st="on"><st1:city st="on">gaya</st1:city></st1:place>hidup. </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Kasus AIDS pertama ditemukan di AS pada 1981, tetapi kasus tersebut hanya sedikit memberi informasi tentang sumber penyakit ini. Sekarang ada bukti jelas bahwa AIDS disebabkan oleh virus yang dikenal dengan HIV. Jadi untuk menemukan sumber AIDS kita perlu mencari asal-usul HIV.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Asal-usul HIV bukan hanya menyangkut masalah akademik, karena tidak hanya memahami dari mana asal virus tersebut tetapi juga bagaimana virus ini berkembang menjadi penting sekali untuk mengembangkan vaksin HIV dan pengobatan yang lebih efektif. Juga, pengetahuan tentang bagaimana epidemi AIDS timbul menjadi penting dalam menentukan bentuk epidemi di masa depan serta mengembangkan pendidikan dan program pencegahan yang efektif.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-weight: bold; text-align: justify;" class="MsoNormal">Tipe virus apakah HIV itu?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>HIV adalah bagian dari keluarga atau kelompok virus yang disebut lentivirus. Lentivirus seperti HIV ditemukan dalam lingkup luas primata non-manusia. Lentivirus yang lain, diketahui secara kolektif sebagai virus monyet yang dikenal dengan SIV (simian immunodeficiency virus) di mana tulisan di bawah garis menunjukkan asal spesiesnya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Jadi dari mana HIV berasal? Apakah HIV berasal dari SIV?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Sekarang secara umum diterima bahwa HIV merupakan keturunan dari SIV. Jenis SIV tertentu mirip dengan HIV-1 dan HIV-2, dua tipe HIV.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Sebagai contoh, HIV-2 dapat disamakan dengan SIV yang ditemukan pada monyet sooty<br />mangabey (SIVsm), kadang-kadang dikenal sebagai monyet hijau yang berasal dari Afrika barat.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Jenis HIV yang lebih mematikan, yaitu HIV-1, hingga akhir-akhir ini sangat sulit untuk digolongkan. Sampai 1999, yang paling mirip adalah SIV yang diketahui menginfeksi simpanse (SIVcpz), tetapi ada perbedaan yang berarti antara SIVcpz dan HIV.<br />Jadi apa yang terjadi pada 1999? Apakah sekarang simpanse diketahui sebagai asal HIV?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p></o:p>Pada Februari 1999 diumumkan bahwa kelompok peneliti dari University of Alabama, di AS, telah meneliti jaringan yang dibekukan dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus (SIVcpz) yang nyaris sama dengan HIV-1. Simpanse ini berasal dari sub-kelompok simpanse yang disebut Pan troglodyte troglodyte, yang dahulu umum di Afrika tengah-barat.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Peneliti menegaskan bahwa ini menunjukkan simpanse adalah sumber HIV-1, dan virus ini pada suatu ketika menyeberang dari spesies simpanse ke manusia. Namun, belum jelas apakah simpanse merupakan sumber asli HIV-1 karena simpanse jarang terinfeksi SIVcpz. Oleh karena ada kemungkinan baik simpanse maupun manusia terinfeksi dari pihak ketiga, yaitu suatu spesies primata yang masih belum dikenali. Bagaimana pun keadaannya, sedikitnya perlu dua perpindahan terpisah ke manusia.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Bagaiamana HIV dapat menyeberangi spesies?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Telah lama diketahui bahwa virus tertentu dapat menyeberang dari hewan kepada manusia, dan proses ini dikenal dengan zoonosis.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><st1:placename st="on">Peneliti</st1:placename> <st1:placename st="on">dari</st1:placename> <st1:placetype st="on">University</st1:placetype> of <st1:state st="on"><st1:place st="on">Alabama</st1:place></st1:state> mengesankan bahwa HIV dapat menyeberang dari simpanse karena manusia membunuh simpanse dan memakan dagingnya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Beberapa teori lain yang diperdebatkan berpendapat bahwa HIV berpindah secara iatrogenik (diakibatkan kealpaan pihak medis), misalnya melalui percobaan medis. Satu teori yang disebarluaskan secara baik adalah bahwa vaksin polio yang memainkan peranan dalam perpindahan ini, karena vaksin tersebut dibuat dengan menggunakan ginjal monyet.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Tetapi yang penting pada berbagai macam teori ini adalah pertanyaan tentang kapan perpindahan itu terjadi.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Apakah ada fakta kapan perpindahan itu terjadi?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Selama beberapa tahun terakhir memungkinkan bukan hanya menentukan apakah HIV ada di dalam darah, tetapi juga menentukan subtipe virus. Penelitian terhadap subtipe virus, dari infeksi HIV pada kasus-kasus awal dapat memberi petunjuk mengenai kapan HIV pertama kali menyerang manusia dan perkembangan berikutnya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Tiga infeksi HIV yang paling awal adalah sebagai berikut:</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Contoh plasma (cairan darah) yang diambil dari seorang pria dewasa yang hidup di Republik Demokratik Kongo tahun 1959.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">HIV ditemukan pada contoh jaringan tubuh dari seorang pemuda Amerika-Afrika yang meninggal dunia di St. Louis, AS, tahun 1969.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">HIV ditemukan pada contoh jaringan tubuh dari seorang pelaut Norwegia yang meninggal dunia sekitar tahun 1976.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Analisis yang dilakukan pada 1998 tentang contoh plasma dari 1959 mengesankan bahwa HIV-1 memasuki manusia sekitar 1940-an atau awal 1950-an, lebih awal daripada yang diperkirakan sebelumnya. Ilmuwan lain memperkirakan lebih lama lagi, mungkin sekitar 100 tahun yang lalu atau lebih.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Apakah diketahui di mana HIV pada manusia muncul?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Sekarang banyak orang menganggap karena HIV terlihat berkembang dari satu jenis SIV yang ditemukan pada tipe simpanse di Afrika Barat, ini berarti HIV pertama muncul pada manusia di sana. Kemudian dianggap bahwa HIV menyebar dari Afrika ke seluruh dunia.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Bagaimana pun, seperti yang dibahas di atas, belum tentu simpanse adalah sumber asli HIV dan ada kemungkinan virus ini menyeberang ke manusia, lebih dari satu kesempatan. Jadi mungkin juga HIV timbul pada waktu yang bersamaan baik di Amerika Selatan dan Afrika, atau bahkan muncul di benua Amerika sebelum muncul di Afrika.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Kita mungkin tidak akan pernah tahu secara pasti kapan dan di mana virus ini muncul pertama kali, tetapi yang jelas pada suatu waktu di pertengahan abad 20-an ini, infeksi HIV pada manusia berkembang menjadi epidemi penyakit di seluruh dunia yang saat ini lebih dikenal sebagai AIDS.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Apa yang menyebabkan epidemi ini menyebar secara tiba-tiba?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Ada beberapa faktor yang dapat mendukung penyebaran begitu mendadak termasuk perjalanan internasional, industri darah, dan penggunaan narkoba yang meluas.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Perjalanan Internasional</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Peranan yang dimainkan oleh perjalanan internasional dalam penyebaran HIV disorot pada kasus yang sekarang dikenal sebagai ‘Patient Zero’ (pasien asli). Patient Zero adalah seorang pramugara pesawat terbang berkebangsaan Kanada dan bernama Gaetan Dugas yang sering mengadakan perjalanan ke seluruh dunia. Analisis terhadap beberapa kasus AIDS awal menunjukkan bahwa orang terinfeksi tersebut adalah orang yang berhubungan seksual baik langsung atau pun tidak langsung dengan pramugara ini. Kasus-kasus ini yang ditemukan di beberapa kota di AS ini menunjukkan peranan perjalanan internasional dalam penyebaran HIV. Ini juga mengesankan bahwa penyakit ini mungkin diakibatkan oleh satu zat penyebar.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Industri Darah</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Sewaktu transfusi darah menjadi bagian yang rutin dari tindakan medis, industri darah untuk memenuhi permintaan darah juga meningkat. Di beberapa negara seperti AS, orang yang menyumbangkan darahnya dibayar, termasuk pengguna narkoba suntikan. Darah yang diperoleh kemudian dikirim ke seluruh dunia. Juga, pada akhir 1960-an penderita hemofilia mulai memanfaatkan pembeku darah yang disebut Factor VIII.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Untuk memproduksi zat pembeku itu, darah dari ribuan donor dikumpulkan yang meningkatkan kemungkinan produk ini tercemar HIV. Karena Factor VIII disebarkan ke seluruh dunia, ada kemungkinan banyak penderita hemofilia terpajan infeksi baru.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Penggunaan Narkoba</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Pada 1970-an ditemukan peningkatan ketersediaan heroin seiring dengan perang Vietnam dan konflik lain di Timur-Tengah, yang mendorong pertumbuhan penggunaan narkoba suntikan. Peningkatan penyediaan beserta pengembangan alat semprit plastik sekali pakai dan pembangunan shooting gallery (tempat menyuntik narkoba) di mana orang dapat membeli obat terlarang dan menyewakan perlengkapan menjadi cara lain penyebaran virus.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-weight: bold; text-align: justify;" class="MsoNormal">Apa teori lain tentang asal-usul HIV?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p> </o:p>Teori lain yang diajukan tentang asal-usul HIV termasuk banyaknya teori konspirasi. Beberapa orang mengesankan HIV dibuat oleh CIA, meskipun yang lain menganggap bahwa HIV direkayasa secara genetik.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><o:p><br /></o:p></p><div style="text-align: justify;"> </div>Arie Syahrini Amd.Kephttp://www.blogger.com/profile/17315330208148838188noreply@blogger.com0